Barangkali kita sudah bosan mendengar uraian ceramah
Ramadhan yang menasehati pentingnya menjalani Ramadhan dengan Imanan dan
Ihtisaban. Di kehidupan nyata, Imanan & Ihtisaban sesungguhnya adalah
mindset hebat yang merupakan syarat sukses segala sesuatu. Jika kita jeli,
apapun dalam kehidupan ternyata harus dimulai dari Keyakinan (Imanan) yang
dalam atau Believe (pastikan apa yang dijalani itu benar - Do the Right Thing)
lalu kemudian dijalankan dengan penuh perhitungan (Ihtisab) atau Presisi
(pastikan apa yang dijalani itu dilakukan dengan benar - Do the Thing Right).
Ramadhan melatih 2 mindset sekaligus sikap itu, yaitu
Imanan dan Ihtisaban, agar kelak menjadi sikap bahkan karakter yang dibentuk
(Adab) dalam menjalani kehidupan yang lebih berkualitas dan bermakna.
(sumber: http://johnmaerz.com/the-right-thing-to-do/)
Imanan. Dalam
kehidupan keseharian manusia, ternyata banyak manusia yang menjalani hidup
tanpa kesadaran yang penuh, baik kesadaran dalam kehidupan personal maupun
kesadaran dalam kehidupan pernikahan bahkan bisnis (life nor business
conciousness). Manusia abad modern ini pada umumnya menjalani kehidupan ini
tanpa keyakinan yang kokoh atas apa yang dijalaninya (Do The Right Thing) dan
ketika menjalaninya pun tidak memiliki kemampuan yang mumpuni untuk
mengeksekusinya dengan baik dan tajam (Do the thing Right).
Sebagian besar masyarakat maju di Barat barangkali sangat
hebat dalam teknik dan metodologi (Do the Thing Right) namun umumnya gagal
membawa nilai nilai yang diyakininya dalam kehidupannya. Mereka gagal menemukan
"mengapa" (alasan mengakar) mereka menjalani kehidupan baik bisnis,
pendidikan bahkan pernikahan dan bernegara sekalipun. Mereka gagal untuk
"Find Their Why" maka ujungnya pasti gagal membawa Believe dalam
kehidupannya.
Sementara di masyarakat Timur, mereka punya keyakinan
atau setidakmya agama namun gagal membawa nilai nilai keyakinannya itu dalam
kehidupan nyata. Itulah mengapa hari ini dalam tataran kehidupan kita bisa
mengatakan banyak pula orang beragama namun sesungguhnya tak memiliki
keyakinan. Mengapa kebanyakan manusia gagal membawa keyakinan (believe) dalam
bidang bidang dimana ia menjalani kehidupannya walau ia beragama sekalipun?
Karena mereka terlalu banyak menyalahkan tekanan dan kemudian tekanan itu
membuat mereka tak berani atau tak mampu mengambil alih tanggungjawab. Menolak
tanggungjawab adalah ciri lemahnya keyakinan, mereka gagal membawa keyakinannya
dalam kehidupannya.
Manusia tanpa believe, sudah pasti menjalani ilusi
kehidupan, misalnya kuliah tapi salah jurusan, skripsi dan tesis karya satu
satunya sepanjang hidupnya, berkarir namun salah karir, menikah tetapi galau
jadi suami atau istri, hebat dalam ilmu agama dan ilmu sains tapi tak punya
bakat atau peran dan misi hidup, menikah namun galau jadi ayah dan ibu, punya
anak namun lebih pandai menitipkan daripada mendidik sendiri dstnya.
Maka mari kita latih mindset "Imanan" selama
Ramadhan agar mindset ini terbawa dalam setiap langkah kehidupan, bawalah
keyakinan yang sejati dalam pernikahan, pendidikan, bisnis dsbnya. Jangan
katakan bahwa lingkungan buruk, negara rusak, saya salah asuh, keluarga menekan
dstnya hanya untuk menutupi kelemahan kita untuk mengambil tanggung jawab atau
kelemahan kita merespon masalah (responsibility). Penolakan mengambil alih
tanggungjawab adalah bentuk dispower atau kelemahan keyakinan.
Tirulah Abu Bakar RA, alih alih menyalahkan masalah,
bahkan Beliau membawa masalah Ummat menjadi masalah personal.
"Bagaimana Ummat bisa seperti ini sementara Abu
Bakar masih ada?"
Itulah wujud Imanan.
Artikel ini terdiri dari 8 bagian, silakan klink link
berikut untuk membaca part lainnya. Part 2, Part 3, Part 4, Part 5, Part 6,
Part 7, Part 8.
#fitrahbasededucation
#pendidikanberbasisfitrah
Oleh Ust. Harry Santosa
https://www.facebook.com/harry.hasan.santosa
0 comments :
Post a Comment