Sementara peradaban barat semakin insyaf dan bergerak ke
era meaning atau pemaknaan (Daniel Pink menyebutnya Conceptual Age), justru
peradaban timur semakin bergerak kepada simbolik mekanistik. Ketika Peradaban
barat menyadari bahwa selama ini kapitalisme dan materialisme telah mencekoki
mereka menjadi bangsa tanpa jiwa, maka kini mereka mulai bergerak dan bergiat
melakukan gerakan mindfullness atau meaningfullness dalam semua aspek.
Perusahaan perusahaan berlomba untuk membangun bisnis dengan kesadaran dan
kearifan, dengan orientasi makna bukan lagi uang. Sementara peradaban di timur
malah nampak semakin materialistik dan hedonistik.
(sumber: https://premaandprana.com/11-must-read-spiritual-books-that-will-change-you-forever/)
Lihatlah buku buku yang laris dibaca orang di barat,
mengarah ke kesadaran, kebijaksanaan seperti buku spiritual is solutions,
meaning revolution, purpose revolution, what on earth am i here for, start with
why, find your why, conciousness business dstnya, sementara buku buku yang
laris di timur adalah buku buku materialisme berselimut agama, seperti cara
kaya ala Islam, kaya dalam 30 hari, dstnya.
Ketika barat menyadari bahwa Sistem Pendidikan modern
yang selama hanya memproduksi human thinking (cerdas berfikir) dan human doing
(terampil) yang membuat banyak krisis kemanusiaan dan krisis alam maka energi
perubahan mereka mulai dikerahkan untuk kembali melahirkan human being atau
manusia seutuhnya (insan kamil).
Di barat, jam bekerja dipangkas, jam bersekolah
dipangkas, sementara jam bersama keluarga diperbanyak. Mereka tahu betul
semakin fitrah manusia dihargai, maka manusia semakin bermoral dan berkinerja
tinggi. Sementara kita di timur baru saja sedang semangat semangatnya menggegas
jam pelajaran dan jam bekerja, sekolah full day menjamur jadi berhala
kebanggaan padahal sudah mulai ditinggalkan di barat. Memanusiakan manusia di
sekolah sekolah di timur, hanya upaya memanipulasi gaya belajar untuk
menjejalkan akademis.
Di barat gerakan melahirkan kembali human being atau
Insan Kamil, yaitu manusia yang mengorientasikan seluruh gerak, fikiran dan
perasaannya serta tujuan hidupnya ke langit (Robbani) kini nampaknya menjadi
trend. Para pemegang spiritual wisdom atau orang arif bijak mulai diundang
menjadi nara sumber lembaga lembaga dan perusahaan perusahaan besar.
Spiritual seolah masuk sebagai solusi terbaik ke jantung
kapitalisme dan modernisme di barat, sementara kita baru sedang memuja muja
materialisme nya dengan mengtasnamakan agama. Bersedekah agar kaya, berhaji
agar kaya, sholat dhuha agar kaya, berbuat baik agar menjadi magnit bagi
kekayaan dstnya.
Barat yang telah banyak dibuat sengsara oleh
materialisme, kini telah menyadari pentingnya dan dahsyatnya keyakinan
(believe), pemaknaan (meaning), dan spiritual dalam semua aspek kehidupan baik
personal, pernikahan, pendidikan maupun bisnis agar manusia menjadi makhluk
yang berorientasi kemuliaan langit bukan lagi berorientasi tarikan bumi.
Sayangnya sebagian besar masyarakat di barat tak beragama
dan tak bertuhan. Itulah tugas kita untuk menyempurnakan akhlak, kearifan,
temuan Barat dengan Tauhid. Sayangnya sebagian besar Muslim baru asik mengekor
masa lalu barat yang telah ditinggalkan di barat pada hari ini.
Di Ramadhan ini, kita kaum Muslimin yang Beriman diminta
untuk berpuasa dengan Imanan wa ihtisaban agar dosa dosa kita yang telah lalu
diampuni dan agar kembali fitri. Kata Imanan juga seharusnya menjadi inti, ruh
dan platform bagi semua bidang kehidupan, bukan sekedar penempelan agama tanpa
makna.
Artikel ini terdiri dari 8 bagian, silakan klink link
berikut untuk membaca part lainnya. Part 1, Part 2, Part 4, Part 5, Part 6,
Part 7, Part 8.
Salam Pendidikan Peradaban.
Oleh Ust. Harry Santosa
https://www.facebook.com/harry.hasan.santosa
0 comments :
Post a Comment