Cerdas Mendunia!

Sunday, 3 June 2018

Imanan wa Ihtisaban (Part 3) – Tren Spiritual di Barat


Sementara peradaban barat semakin insyaf dan bergerak ke era meaning atau pemaknaan (Daniel Pink menyebutnya Conceptual Age), justru peradaban timur semakin bergerak kepada simbolik mekanistik. Ketika Peradaban barat menyadari bahwa selama ini kapitalisme dan materialisme telah mencekoki mereka menjadi bangsa tanpa jiwa, maka kini mereka mulai bergerak dan bergiat melakukan gerakan mindfullness atau meaningfullness dalam semua aspek. Perusahaan perusahaan berlomba untuk membangun bisnis dengan kesadaran dan kearifan, dengan orientasi makna bukan lagi uang. Sementara peradaban di timur malah nampak semakin materialistik dan hedonistik.

 (sumber: https://premaandprana.com/11-must-read-spiritual-books-that-will-change-you-forever/)

Lihatlah buku buku yang laris dibaca orang di barat, mengarah ke kesadaran, kebijaksanaan seperti buku spiritual is solutions, meaning revolution, purpose revolution, what on earth am i here for, start with why, find your why, conciousness business dstnya, sementara buku buku yang laris di timur adalah buku buku materialisme berselimut agama, seperti cara kaya ala Islam, kaya dalam 30 hari, dstnya.

Ketika barat menyadari bahwa Sistem Pendidikan modern yang selama hanya memproduksi human thinking (cerdas berfikir) dan human doing (terampil) yang membuat banyak krisis kemanusiaan dan krisis alam maka energi perubahan mereka mulai dikerahkan untuk kembali melahirkan human being atau manusia seutuhnya (insan kamil).

Di barat, jam bekerja dipangkas, jam bersekolah dipangkas, sementara jam bersama keluarga diperbanyak. Mereka tahu betul semakin fitrah manusia dihargai, maka manusia semakin bermoral dan berkinerja tinggi. Sementara kita di timur baru saja sedang semangat semangatnya menggegas jam pelajaran dan jam bekerja, sekolah full day menjamur jadi berhala kebanggaan padahal sudah mulai ditinggalkan di barat. Memanusiakan manusia di sekolah sekolah di timur, hanya upaya memanipulasi gaya belajar untuk menjejalkan akademis.

Di barat gerakan melahirkan kembali human being atau Insan Kamil, yaitu manusia yang mengorientasikan seluruh gerak, fikiran dan perasaannya serta tujuan hidupnya ke langit (Robbani) kini nampaknya menjadi trend. Para pemegang spiritual wisdom atau orang arif bijak mulai diundang menjadi nara sumber lembaga lembaga dan perusahaan perusahaan besar.

Spiritual seolah masuk sebagai solusi terbaik ke jantung kapitalisme dan modernisme di barat, sementara kita baru sedang memuja muja materialisme nya dengan mengtasnamakan agama. Bersedekah agar kaya, berhaji agar kaya, sholat dhuha agar kaya, berbuat baik agar menjadi magnit bagi kekayaan dstnya.

Barat yang telah banyak dibuat sengsara oleh materialisme, kini telah menyadari pentingnya dan dahsyatnya keyakinan (believe), pemaknaan (meaning), dan spiritual dalam semua aspek kehidupan baik personal, pernikahan, pendidikan maupun bisnis agar manusia menjadi makhluk yang berorientasi kemuliaan langit bukan lagi berorientasi tarikan bumi.

Sayangnya sebagian besar masyarakat di barat tak beragama dan tak bertuhan. Itulah tugas kita untuk menyempurnakan akhlak, kearifan, temuan Barat dengan Tauhid. Sayangnya sebagian besar Muslim baru asik mengekor masa lalu barat yang telah ditinggalkan di barat pada hari ini.

Di Ramadhan ini, kita kaum Muslimin yang Beriman diminta untuk berpuasa dengan Imanan wa ihtisaban agar dosa dosa kita yang telah lalu diampuni dan agar kembali fitri. Kata Imanan juga seharusnya menjadi inti, ruh dan platform bagi semua bidang kehidupan, bukan sekedar penempelan agama tanpa makna.

Artikel ini terdiri dari 8 bagian, silakan klink link berikut untuk membaca part lainnya. Part 1, Part 2, Part 4, Part 5, Part 6, Part 7, Part 8.

Salam Pendidikan Peradaban.

Oleh Ust. Harry Santosa
https://www.facebook.com/harry.hasan.santosa
Share:

0 comments :

Post a Comment

Translate

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Powered by Blogger.

Flag Counter

Flag Counter