Orang orang pada sebuah bangsa
berkembang sering merasa pesimis, bahkan minder bahwa negerinya yang miskin itu
tak akan pernah mampu tampil hebat dan cemerlang karena kemiskinannya atau
kelemahan ekonominya. Mereka mengatakan untuk menyelesaikan dahulu urusan perut
dan kebutuhan materi lainnya sebelum bisa sampai pada kemajuan. Sebagian orang
orang pada bangsa berkembang itu kurang optimis pada masa depan, mereka lebih
suka menyalah nyalahkan masa lalu, menyalahkan konspirasi negara maju yang
melemahkan mereka, sibuk menyalahkan bangsa sendiri dstnya sehingga membuat
mereka justru berjalan di tempat bahkan mundur ke belakang.
Seorang sosiolog mengatakan mengapa
bangsa bangsa di timur mudah dijajah, itu karena ada sifat sifat dan fikiran
fikiran dominan pada bangsa itu yang menyebabkan mereka layak dan pantas untuk
dijajah. Riset riset terbaru hari ini menunjukkan hal yang berbeda tentang
kemajuan, bahwa kemajuan seorang individu, sebuah organisasi, sebuah bangsa,
sebuah peradaban itu bukan tergantung pada sumberdaya yang berlimpah, tetapi
justru tergantung dari manusia yang
memiliki keyakinan besar dan fikiran besar untuk melakukan perubahan dan
menebar rahmat serta manfaat.
(sumber: http://www.artikelsiana.com/2015/02/pengertian-peradaban-ciri-ciri-para-ahli-peradaban.html)
Manusia dengan keyakinan besar dan
fikiran besar lalu kemudian mampu membawa keyakinan besar dan fikiran besar ke
dalam kehidupan itulah justru yang akan punya energi besar dan gerakan besar
untuk tampil di pentas sejarah peradaban walau sumberdaya terbatas termasuk
ekonomi. Hari ini banyak orang melihat bahwa beberapa perusahaan biasa dengan
sumberdaya biasa mampu membuat perubahan dan trend besar, sementara banyak
perusahaan dengan sumberdaya besar bahkan tak mampu sustain atau tak
berlangsung panjang. Perbedaannya terletak pada kemampuan membawa keyakinan
atau keimanannya ke dalam setiap aspek realita bisnis dan kehidupannya.
Bahkan pada bangsa bangsa yg
menjunjung kapitalisme, ditemukan bahwa orang mau bergerak dan kreatif lebih
hebat justru apabila tanpa diberikan iming iming materi dan popularitas seperti
reward and punishment, pencitraan dll. Bagi bangsa barat, logika ini sulit
diterima, tetapi riset riset dan pengalaman peradaban mereka sendiri
membuktikan demikian dan mereka terpaksa mempercayainya.
Di masa Rasulullah SAW di Madinah,
kondisi ekonomi para Sahabat tidak terlalu baik juga bahkan seringnya mereka
kekurangan makanan dan keterbatasan sumberdaya, namun ide besar dan keyakinan
besar membuat mereka berupaya menemukan misi hidupnya di dunia lalu kemudian
melahirkan keberanian dan kemampuan bergerak hebat sehingga menggulung dua
imperium besar dunia dan memberi cahaya bagi dunia selama ratusan tahun
sesudahnya.
Bangsa Arab dimana Nabi SAW
ditempatkan adalah bangsa yang miskin sumberdaya alam waktu itu, namun sejarah
membuktikan bahwa bangsa yang miskin itu setelah dibimbing dengan keyakinan
yang hebat dan narasi hebat peradaban yang kemudian menjadi misi peradabannya,
mereka mampu tampil di pentas dunia selama ratusan tahun.
Itulah spiritual, itulah faith, itulah
keyakinan dan keimanan yg besar yang turun menjadi misi perubahan sehingga
mampu membuat perubahan besar bagi dunia serta menebar manfaat yang besar bagi
ummat.
Dr Malik Bennabi (Malik bin Nabi)
seorang pakar peradaban dalam tesis nya tentang siklus peradaban, tentang jatuh
dan bangkitnya peradaban, menyatakan bahwa keimanan atau keyakinan besar dan
idea besar yang kemudian menjadi misi perjuanganlah sang pemicu bangkitnya
peradaban, sementara justru materi dan keberlimpahan peradabanlah penyebab
hancur dan terpuruknya sebuah peradaban.
Maka jangan pernah menunggu orang lain
atau bangsa lain agar membantu kita untuk maju, atau menyalah nyalahkan orang
lain atau bangsa lain sehingga kita malah susah maju, tetapi kuatkanlah akar
keyakinan atau keimanan kita kepada Allah SwT. Keimanan inilah yang kelak
merupakan energi besar perubahan yang memadukan dan memaksimalkan semua potensi
atas fitrah untuk mampu dan maju. Seseorang atau sebangsa harus bangkit dan
tampil dari keyakinan dan keimanannya sendiri.
Seorang filsif pernah berkata,
Jika saya bukan untuk saya, lalu siapa
yang akan menjadi saya
Jika saya untuk saya, lalu siapa saya
Jika tidak sekarang, lalu kapan?
Jika saya untuk saya, lalu siapa saya
Jika tidak sekarang, lalu kapan?
Allah SWT berfirman,
Sesungguhnya orang-orang yang berkata:
"Tuhan Kami adalah Alloh," kemudian mereka meneguhkan pendirian
mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata):
"Janganlah kamu merasa takut, dan janganlah kamu bersedih hati, dan
bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu."
(QS 41 Fushshilat ayat 30).
"Katakanlah ya Muhammad, bahwa
setiap orang beramal menurut bakat pembawaannya masing masing . Dan Robbmulah
Yang Paling Tahu siapa yang paling tepat jalannya" (QS 17:84.
Artikel ini terdiri dari 8 bagian, silakan klink link
berikut untuk membaca part lainnya. Part 1, Part 2, Part 3, Part 4, Part 6,
Part 7, Part 8.
Salam Pendidikan Peradaban
Oleh Ust. Harry Santosa
https://www.facebook.com/harry.hasan.santosa
0 comments :
Post a Comment