Seorang mantan perdana menteri berusia
92 tahun, tetiba kembali lagi memenangkan pemilu dan menjadi perdana menteri
kembali. Khalayak terhenyak, terlepas dari obsesi politik, tetapi betapa orang
yang dengan umur tidak muda lagi masih punya semangat menggebu gebu untuk
kembali urun tangan dan urun fikiran membangun negerinya. Pada periode
sebelumnya ia telah buktikan misi hidupnya untuk membangun negaranya itu, kini
ia merasa perlu kembali menuntaskan misi hidupnya atau tugas spesifiknya di
dunia.
Di Indonesia, kita mengenal pak BJ
Habibie, kini berusia 80 tahun lebih, namun gelora semangatnya untuk membangun
Indonesia tak pernah pupus. Misinya menghebatkan Indonesia, merajut kepulauan
dengan membangun industri strategis kedirgantaraan semakin hebat. Di usianya
kini, dimana orang orang seangkatannya sudah berhenti berproduksi, dimana para
eyang yang sudah sugih duduk tenang menikmati hari tua bersama cucu dan buyut
dengan aset berlimpah, namun pak Habibie justru makin produktif jauh lebih
produktif daripada ketika sedang menjabat sebagai menristek maupun wapres dan
presiden.
Dia, pak Habibie, akan terus begitu
sampai Allah memanggilnya. Menjelang kematian, bagi mereka yang punya misi
hidup, adalah waktu waktu terindah untuk memacu karya produktif yang makin
bermanfaat. Jelang kematian adalah jelang husnul khatimah, ia adalah pacuan
untuk semakin hebat dan banyak mengumpulkan pahala amal. Ia tunaikan misinya
sampai tuntas. Bahkan jika kelak wafat, dan dihidupakan kembali maka ia pasti
akan mengulangi kembali misi hidupnya itu.
(sumber: http://ponpesbaron.id/temukan-misi-hidup-anda/)
Spirit menunaikan misi hidup ini
pulalah yang diteladankan dan ditularkan oleh Rosulullah SAW. Perjalanan isra
mi'raj adalah hiburan sekaligus pengakuan dan penguatan keimanan di saat Beliau
terpuruk kehilangan istri yang luar biasa setia mendukung misi kenabiannya dan juga
kehilangan pamannya sang pelindung utamanya.
Mi'raj adalah peristiwa luarbiasa,
beliau mencapai sidratul muntaha, sebuah capaian derajat tertinggi yang belum
pernah dicapai manusia siapapun. Berdialog dengan Allah, menerima perintah
sholat, mengimami Nabi Nabi sholat, diperlihatkan keindahan syurga dan
kedahsyatan neraka serta dipastikan masuk syurga.
Jika kita adalah Muhammad, maka tentu
kita tak mau kembali ke dunia, bertemu kembali dengan kesumpekan dunia,
kejahatan abu jahal dan abu lahab dstnya. Muhammad Iqbal, seorang sastrwan
besar asal Pakistan, menuliskan, "...tetapi Muhammad, Nabi orang Arab itu
tetap kembali lagi ke dunia".
Mengapa? Karena Nabi Muhammad ingin
menuntaskan Misi atau Risalah Kenabian nya yaitu menyeru Tauhid, menyempurnakan
akhlak manusia, menjadi rahmatan lil alamin, membawa berita gembira dan
peringatan. Sejarah mencatat bagaimana Beliau kemudian menuntaskan Misi nya
dengan gemilang sampai Allah wafatkan pada usia 63 tahun.
Begitulah orang-orang yang punya misi
hidup yang ajeg, orang orang yang telah menemukan jalan hidupnya di dunia namun
dipersembahkan kepada Sang Maha Rahman di langit., itulah Misi, itulah jalan,
itulah Shirotol Mustaqiem. Jalan orang orang yang diberi nikmat di atas segala
nikmat.
Misi
hidup adalah tugas sebagai wujud dan implementasi keimanan dan keyakinan dalam
kehidupan nyata.
Inilah Jalan kenikmatan bagi mereka yang menikmati tugas kenabian, menikmati
mati syahid dalam menjalankan tugasnya, menikmati keshabaran dalam tugasnya,
menikmati indahnya memberi dan berbagi dalam tugasnya dstnya.
Maka di bulan Ramadhan, mari kita
latih seluruh gerak dan orientasi amal kita sebagai implementasi Imanan, yaitu
keyakinan bahwa semua aktifitas kita di dunia harus dalam kerangka menjalankan
misi hidup atau tugas spesifik kita di dunia. Misi Ramadhan kita adalah
melakukan amal ibadah terbaik yang langsung Allah yang membalasnya, dengan
integritas (ihsan)dan kesadaran penuh (tau'iyah). Visi Ramadhan adalah
"mudah mudahan menjadi orang bertaqwa".
Bagi yang belum punya Misi Hidup, mari
kita temukan Misi Hidup kita di dunia di sepuluh malam terakhir Ramadhan.
Semoga ibadah kita yang banyak atau renungan yang banyak di malam malam
Ramadhan membimbing kita menemukan kembali titik kesadaran untuk apa kita hidup
di dunia. Jika misi hidup ditemukan atau titik kesadaran kesejatian diri kita
diperoleh, maka itulah malam yang lebih baik daripada seribu bulan, atau setara
82 tahun, rata rata umur terpanjang manusia akhir zaman. Itu bermakna bahwa
mereka yang menjalankan misinya seolah pahalanya abadi walau sudah meninggalkan
dunia. Mintalah kepada Allah jalan atau misi hidup kita, karena Allahlah yang
paling tahu jalan terbaik bagi kita masing masing.
"Katakanlah Yaa Muhammad, bahwa setiap kalian beramal menurut pembawaannya masing masing, maka Robbmulah yang paling tahu siapa yang lebih benar jalannya".
Jangan sia siakan keberkahan bulan
ini, jika masih sendiri maka gali dan rancanglah misi personal, jika sudah
berumah tangga, gali dan rancanglah misi keluarga bersama pasangan. Semoga,
setelah Ramadhan kita punya misi hidup yang ajeg dan clear, "saya hadir di
muka bumi untuk melakukan .... kepada ...." sebagai titik kesadaran, lalu
kita tinggal memacunya dan mewujudkannya sejak Syawal dan mengevaluasinya pada
Ramadhan tahun depan, begitu seterusnya, semakin lama makin produktif, dan
menjadi pacuan amal menjelang Allah wafatkan. InsyaAllah.
Artikel ini terdiri dari 8 bagian, silakan klink link berikut untuk membaca part lainnya. Part 1, Part 2, Part 3, Part 4, Part 5, Part 6, Part 8.
Salam Pendidikan Peradaban
Oleh Ust. Harry Santosa
https://www.facebook.com/harry.hasan.santosa
0 comments :
Post a Comment