Keimanan juga harus masuk ke dalam
jantung pernikahan dalam wujud narasi narasi besar peradaban dari para suami
sejati dan ayah sejati yang di dukung oleh para istrinya dan anak anaknya dalam
sebuah misi perjuangan besar yang disepakati oleh mereka. Keimanan yang tak
berwujud begitu, maka pernikahan hanya kumpulan suami beragama dan istri
beragama serta anak anak beragama yang hidup menjalankan rutinitas dunia dan
rutinitas ritualitas tanpa makna.
Berapa banyak suami yang mengaku
beragama, namun membawa masuk kemungkaran ke dalam rumah tangganya yang menjadi
energi negatif bagi anak dan istrinya. Berapa banyak suami yang paham agama
namun bersikap kasar pada anak dan istrinya. Berapa banyak suami yang mengaku
beragama namun tak tahu mau dibawa kemana keluarganya dalam peran atau misi
keluarga di dunia.
(sumber: http://www.voa-islam.com/read/muslimah/2018/01/28/55750/melabuhkan-biduk-keluarga-muslim/#sthash.oibSDXmj.dpbs)
Keluarga tanpa misi keluarga dan
proyek proyek perjuangan mewujudkan misi itu yang berangkat dari gairah
keimanan yang kokoh, hanya akan menjadi keluarga yang rapuh dan rentan. Steven
Covey menyebutkan bahwa keluarga tanpa misi (family mission statement), ibarat
kapal terbang tanpa destini, tidak tahu kemana tujuan penerbangan, mereka hanya
menunggu bahan bakar habis atau mudah terhempas oleh cuaca dan awan yang buruk.
Pasangan suami istri yang meletakkan
peran keluarganya dalam narasi besar peradaban sebagai bagian utama
keimanannya, akan sibuk dengan hal hal besar dan perjuangan yang besar dalam
pernikahannya. Walhasil cinta merekapun semakin besar.
Pasangan suami istri yang gagal
meletakkan peran keluarganya dalam peradaban, akan tak punya perjuangan besar
yang dilakukan dengan seru sehingga akan semakin menghambarkan cinta mereka.
Mereka akan disibukkan oleh hal hal kecil dan remeh temeh yang memicu kebencian
dan pertengkaran. Dalam keluarga keluarga yang hampa dari misi perjuangan, tips
tips komunikasi efektif suami istri, kiat kiat mengharmonikan hubungan dsbnya
hanya akan semakin melelahkan, karena keluarga seperti itu tak punya akar
keimanan yang berwujud dalam perjuangan bersama.
Sejarah
membuktikan cinta suami pada istri yang mendukung penuh misi suaminya, adalah
cinta abadi tak bertepi.
Lihatlah cinta Habibie pada Ainun, cinta Ibrahim AS pada bunda Hajar, cinta
Muhammad SAW pada bunda Khadijah RA dsbnya. Istri istri shalihah itu meleburkan
seluruh potensi dan sumberdaya dirinya pada suaminya dan mereka mendapat apa
yang layak didapatkan, keridhaan besar suaminya dan Robbnya.
Sejarah pun membuktikan bahwa istri
istri yang mendukung penuh misi suaminya, akan melahirkan anak anak yang shalih
yang mampu melanjutkan misi perjuangan ayahnya. Anak anak yang paham dan yakin
akan misi besar perjuangan ayahnya atau keluarganya akan mudah diteladankan dan
dishalihkan, mereka akan segera mandiri dan punya motif kuat dari dalam diri
untuk beramal shalih dalam peran peradaban terbaik sebagai bagian misi besar
perjuangan keluarganya itu.
Mari di bulan Ramadhan ini, kita
wujudkan imanan dalam rancangan misi keluarga kita. Lalu setelah itu mari kita
berpacu dan sibukkan pernikahan dan keluarga kita dengan cahaya keimanan yang
berwujud dalam misi atau peran perjuangan besar yang menjadi jalan bagi
keluarga kita untuk bersama di dunia dalam kebaikan yang penuh manfaat serta
menjadi jalan bersama menuju syurgaNya.
Artikel ini terdiri dari 8 bagian, silakan klink link berikut untuk membaca part lainnya. Part 1, Part 2, Part 3, Part 4, Part 5, Part 6, Part 7.
Salam Pendidikan Peradaban
Oleh Ust. Harry Santosa
https://www.facebook.com/harry.hasan.santosa
0 comments :
Post a Comment