Cerdas Mendunia!

Tuesday, 5 June 2018

Imanan wa Ihtisaban (Part 8) – Misi Keluarga


Keimanan juga harus masuk ke dalam jantung pernikahan dalam wujud narasi narasi besar peradaban dari para suami sejati dan ayah sejati yang di dukung oleh para istrinya dan anak anaknya dalam sebuah misi perjuangan besar yang disepakati oleh mereka. Keimanan yang tak berwujud begitu, maka pernikahan hanya kumpulan suami beragama dan istri beragama serta anak anak beragama yang hidup menjalankan rutinitas dunia dan rutinitas ritualitas tanpa makna.

Berapa banyak suami yang mengaku beragama, namun membawa masuk kemungkaran ke dalam rumah tangganya yang menjadi energi negatif bagi anak dan istrinya. Berapa banyak suami yang paham agama namun bersikap kasar pada anak dan istrinya. Berapa banyak suami yang mengaku beragama namun tak tahu mau dibawa kemana keluarganya dalam peran atau misi keluarga di dunia.

 (sumber: http://www.voa-islam.com/read/muslimah/2018/01/28/55750/melabuhkan-biduk-keluarga-muslim/#sthash.oibSDXmj.dpbs)

Keluarga tanpa misi keluarga dan proyek proyek perjuangan mewujudkan misi itu yang berangkat dari gairah keimanan yang kokoh, hanya akan menjadi keluarga yang rapuh dan rentan. Steven Covey menyebutkan bahwa keluarga tanpa misi (family mission statement), ibarat kapal terbang tanpa destini, tidak tahu kemana tujuan penerbangan, mereka hanya menunggu bahan bakar habis atau mudah terhempas oleh cuaca dan awan yang buruk. 

Pasangan suami istri yang meletakkan peran keluarganya dalam narasi besar peradaban sebagai bagian utama keimanannya, akan sibuk dengan hal hal besar dan perjuangan yang besar dalam pernikahannya. Walhasil cinta merekapun semakin besar.

Pasangan suami istri yang gagal meletakkan peran keluarganya dalam peradaban, akan tak punya perjuangan besar yang dilakukan dengan seru sehingga akan semakin menghambarkan cinta mereka. Mereka akan disibukkan oleh hal hal kecil dan remeh temeh yang memicu kebencian dan pertengkaran. Dalam keluarga keluarga yang hampa dari misi perjuangan, tips tips komunikasi efektif suami istri, kiat kiat mengharmonikan hubungan dsbnya hanya akan semakin melelahkan, karena keluarga seperti itu tak punya akar keimanan yang berwujud dalam perjuangan bersama. 

Sejarah membuktikan cinta suami pada istri yang mendukung penuh misi suaminya, adalah cinta abadi tak bertepi. Lihatlah cinta Habibie pada Ainun, cinta Ibrahim AS pada bunda Hajar, cinta Muhammad SAW pada bunda Khadijah RA dsbnya. Istri istri shalihah itu meleburkan seluruh potensi dan sumberdaya dirinya pada suaminya dan mereka mendapat apa yang layak didapatkan, keridhaan besar suaminya dan Robbnya.

Sejarah pun membuktikan bahwa istri istri yang mendukung penuh misi suaminya, akan melahirkan anak anak yang shalih yang mampu melanjutkan misi perjuangan ayahnya. Anak anak yang paham dan yakin akan misi besar perjuangan ayahnya atau keluarganya akan mudah diteladankan dan dishalihkan, mereka akan segera mandiri dan punya motif kuat dari dalam diri untuk beramal shalih dalam peran peradaban terbaik sebagai bagian misi besar perjuangan keluarganya itu.

Mari di bulan Ramadhan ini, kita wujudkan imanan dalam rancangan misi keluarga kita. Lalu setelah itu mari kita berpacu dan sibukkan pernikahan dan keluarga kita dengan cahaya keimanan yang berwujud dalam misi atau peran perjuangan besar yang menjadi jalan bagi keluarga kita untuk bersama di dunia dalam kebaikan yang penuh manfaat serta menjadi jalan bersama menuju syurgaNya.

Artikel ini terdiri dari 8 bagian, silakan klink link berikut untuk membaca part lainnya. Part 1, Part 2, Part 3, Part 4, Part 5, Part 6, Part 7.

Salam Pendidikan Peradaban

Oleh Ust. Harry Santosa
https://www.facebook.com/harry.hasan.santosa
Share:

0 comments :

Post a Comment

Translate

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Powered by Blogger.

Flag Counter

Flag Counter