Cerdas Mendunia!

Thursday 28 June 2018

Free! Kuliah Umum dan Pameran Karya Cipta Mahasiswa TE UNS 2018


Kabar gembira datang dari ELSEMAR atau Elektro Sebelas Maret. Kabar gembira dengan hadirnya kembali pameran Proyek Kreatif Mahasiswa. Biar lebih jelas, simak dulu sejarahnya. Program Kreatif Mahasiswa atau disingkat PK adalah program unggulan di Program Studi (Prodi) Teknik Elektro UNS. Jadi PK adalah mata kuliah khusus yang mendorong mahasiswa untuk membuat karya kreatif. Output dari PK ini adalah agar mahasiswa mampu dan kreatif dalam ber-inovasi. Selain itu, dari PK ini akan muncul alat – alat baru yang bisa diikutsertakan PKM(Program Kreativitas Mahasiswa) bahwa bisa menjadi produk. PK juga dapat dilanjutkan menjadi skripsi.

Setelah tau sejarahnya, penasaran dengan hasil karya mahasiswa TE UNS? Sebagai salah satu penilaian, alat – alat ini akan dipamerkan tiap akhir semester. Acara ini free alias gratis dan terbuka untuk umum. Jadi bagi kalian yang penasaran, silakan datang.

Untuk semester ini, acara pameran juga akan diisi dengan kuliah umum plus ada juga training arduino oleh Tim Robot UNS. Burun daftar dan jangan lupa datang karena ada ilmu, doorprise, sertifikat dan tentunya snack, gratis. Info lebih lanjut, silakan baca poster dibawah ini.


Share:

Tuesday 26 June 2018

Solusi Hardisk RAW Minta Format


Hampir dua tahun saya mengistirahtkan hardisk(HD) saya karena terserang RAW data sehingga selalu minta di format. Alhamdulillah sekarang HD 1 TB saya sudah normal bisa dipakai lagi. Untuk itu, saya ingin berbagi tentang bagaimana perjalanan saya berusaha mengobati HD tersebut hingga akhirnya normal kembali.

Sekitar akhir tahun 2016 HD saya tidak bisa dipakai lagi. Setiap dicolokkan pasti minta diformat. Saya sudah coba berbagai cara untuk memperbaikinya, searching google merupakan salah satu jurus andalan saya. Karena ada banyak data penting di HD, saya coba memakai software recovery. Cara ini pun tidak berhasil, mungkin ketika itu saya kurang banyak mencoba software recovery. Hingga akhirnya karena sudah patah semangat untuk recovery, saya memutuskan untuk memformat saja. Data hilang biar asal HD bisa dipakai lagi. Saya pilih menu format dari windows, dan ternyata gagal, HD tidak dapat diformat karena RAW data. Saya coba di Linux, sama saja, tidak bisa diformat.

Berdasar mbah Google, RAW data atau data corrupt pada HD disebabkan salah satunya karena HD dicabut dari PC/ Laptop tanpa di eject. Selain itu dapat pula mungkin secara tidak sengaja ketika HD masih terhubung ke PC/ Laptop tiba – tiba PC/ Laptop mati.


HD RAW data

Otodidak tidak berhasil, saya coba tanya teman dan servisan. Ada teman yang mengatakan IC power di HD rusak. Akan tetapi, ternyata HD saya masih terdeteksi meskipun setiap dibuka minta format, berarti buka IC power yang rusak. Teman saya yang lain juga mengalami hal yang sama, tetapi karena sangat penting datanya, ia akhirnya ke servisan dan habis dana Rp 500 ribu. Sempat tertarik meskipun dengan biaya mahal, saya coba ke service center karena garansinya masih. Sampai di service center ditolak, karena beli HD nya di luar Indonesia, tidak masuk garansi Indonesia. Belum beruntung.


Tampilan dari EaseUS

Mumpung ada waktu luang, saya coba lagi utak – atik HD saya. Terakhir yang saya coba mulai dari command di command promp, hingga masuk regedit tidak berhasil. Akhirnya berdasarkan cari – cari di google, saya mencoba memakai software EaseUS Data Recovery. Saya jalankan software tersebut, ternyata HD saya bisa terbaca. Senang rasanya. Saya lakukan deepscan untuk mencari semua file yang ada di HD. Semua bisa muncul, file bisa dibuka dari software tersebut. Selanjutnya saya save file ke tempat lain. Tidak beruntung lagi. Versi trial EaseUS hanya bisa menampilkan file tanpa bisa melakukan recovery. Selanjutnya saya cari – cari di forum tantang software tersebut. Wal hasil, data dari HD berhasil saya selamatkan.


Tampilan dari MiniTools

Setelah data penting terselamatkan. Sekarang saatnya memformat HD agar bisa dipakai lagi. Ternyata di software sebelumnya, EaseUS Data Recovery hanya bisa untuk recovery data saja, akhirnya cari software lain. Setelah dicari dan dipilih dengan seksama akhirnya saya putuskan untuk mencoba MiniTool Partition. Sebenarnya software yang satu ini juga bisa untuk recovery data. Untuk versi trial bisa recovery data hingga 1 GB. Karena data sudah terselesaikan dengan software sebelumnya, software yang satu ini hanya saya gunakan untuk format dan membuat partisi baru di HD saya. Terkait tutorial kedua software sudah banyak di internet. Bagi yang mencoba tetapi belum berhasil, silakan diskusi melalui komen di artikel ini. Terima kasih.
Share:

Tuesday 5 June 2018

Imanan wa Ihtisaban (Part 8) – Misi Keluarga


Keimanan juga harus masuk ke dalam jantung pernikahan dalam wujud narasi narasi besar peradaban dari para suami sejati dan ayah sejati yang di dukung oleh para istrinya dan anak anaknya dalam sebuah misi perjuangan besar yang disepakati oleh mereka. Keimanan yang tak berwujud begitu, maka pernikahan hanya kumpulan suami beragama dan istri beragama serta anak anak beragama yang hidup menjalankan rutinitas dunia dan rutinitas ritualitas tanpa makna.

Berapa banyak suami yang mengaku beragama, namun membawa masuk kemungkaran ke dalam rumah tangganya yang menjadi energi negatif bagi anak dan istrinya. Berapa banyak suami yang paham agama namun bersikap kasar pada anak dan istrinya. Berapa banyak suami yang mengaku beragama namun tak tahu mau dibawa kemana keluarganya dalam peran atau misi keluarga di dunia.

 (sumber: http://www.voa-islam.com/read/muslimah/2018/01/28/55750/melabuhkan-biduk-keluarga-muslim/#sthash.oibSDXmj.dpbs)

Keluarga tanpa misi keluarga dan proyek proyek perjuangan mewujudkan misi itu yang berangkat dari gairah keimanan yang kokoh, hanya akan menjadi keluarga yang rapuh dan rentan. Steven Covey menyebutkan bahwa keluarga tanpa misi (family mission statement), ibarat kapal terbang tanpa destini, tidak tahu kemana tujuan penerbangan, mereka hanya menunggu bahan bakar habis atau mudah terhempas oleh cuaca dan awan yang buruk. 

Pasangan suami istri yang meletakkan peran keluarganya dalam narasi besar peradaban sebagai bagian utama keimanannya, akan sibuk dengan hal hal besar dan perjuangan yang besar dalam pernikahannya. Walhasil cinta merekapun semakin besar.

Pasangan suami istri yang gagal meletakkan peran keluarganya dalam peradaban, akan tak punya perjuangan besar yang dilakukan dengan seru sehingga akan semakin menghambarkan cinta mereka. Mereka akan disibukkan oleh hal hal kecil dan remeh temeh yang memicu kebencian dan pertengkaran. Dalam keluarga keluarga yang hampa dari misi perjuangan, tips tips komunikasi efektif suami istri, kiat kiat mengharmonikan hubungan dsbnya hanya akan semakin melelahkan, karena keluarga seperti itu tak punya akar keimanan yang berwujud dalam perjuangan bersama. 

Sejarah membuktikan cinta suami pada istri yang mendukung penuh misi suaminya, adalah cinta abadi tak bertepi. Lihatlah cinta Habibie pada Ainun, cinta Ibrahim AS pada bunda Hajar, cinta Muhammad SAW pada bunda Khadijah RA dsbnya. Istri istri shalihah itu meleburkan seluruh potensi dan sumberdaya dirinya pada suaminya dan mereka mendapat apa yang layak didapatkan, keridhaan besar suaminya dan Robbnya.

Sejarah pun membuktikan bahwa istri istri yang mendukung penuh misi suaminya, akan melahirkan anak anak yang shalih yang mampu melanjutkan misi perjuangan ayahnya. Anak anak yang paham dan yakin akan misi besar perjuangan ayahnya atau keluarganya akan mudah diteladankan dan dishalihkan, mereka akan segera mandiri dan punya motif kuat dari dalam diri untuk beramal shalih dalam peran peradaban terbaik sebagai bagian misi besar perjuangan keluarganya itu.

Mari di bulan Ramadhan ini, kita wujudkan imanan dalam rancangan misi keluarga kita. Lalu setelah itu mari kita berpacu dan sibukkan pernikahan dan keluarga kita dengan cahaya keimanan yang berwujud dalam misi atau peran perjuangan besar yang menjadi jalan bagi keluarga kita untuk bersama di dunia dalam kebaikan yang penuh manfaat serta menjadi jalan bersama menuju syurgaNya.

Artikel ini terdiri dari 8 bagian, silakan klink link berikut untuk membaca part lainnya. Part 1, Part 2, Part 3, Part 4, Part 5, Part 6, Part 7.

Salam Pendidikan Peradaban

Oleh Ust. Harry Santosa
https://www.facebook.com/harry.hasan.santosa
Share:

Imanan wa Ihtisaban (Part 7) – Misi Hidup


Seorang mantan perdana menteri berusia 92 tahun, tetiba kembali lagi memenangkan pemilu dan menjadi perdana menteri kembali. Khalayak terhenyak, terlepas dari obsesi politik, tetapi betapa orang yang dengan umur tidak muda lagi masih punya semangat menggebu gebu untuk kembali urun tangan dan urun fikiran membangun negerinya. Pada periode sebelumnya ia telah buktikan misi hidupnya untuk membangun negaranya itu, kini ia merasa perlu kembali menuntaskan misi hidupnya atau tugas spesifiknya di dunia.

Di Indonesia, kita mengenal pak BJ Habibie, kini berusia 80 tahun lebih, namun gelora semangatnya untuk membangun Indonesia tak pernah pupus. Misinya menghebatkan Indonesia, merajut kepulauan dengan membangun industri strategis kedirgantaraan semakin hebat. Di usianya kini, dimana orang orang seangkatannya sudah berhenti berproduksi, dimana para eyang yang sudah sugih duduk tenang menikmati hari tua bersama cucu dan buyut dengan aset berlimpah, namun pak Habibie justru makin produktif jauh lebih produktif daripada ketika sedang menjabat sebagai menristek maupun wapres dan presiden. 

Dia, pak Habibie, akan terus begitu sampai Allah memanggilnya. Menjelang kematian, bagi mereka yang punya misi hidup, adalah waktu waktu terindah untuk memacu karya produktif yang makin bermanfaat. Jelang kematian adalah jelang husnul khatimah, ia adalah pacuan untuk semakin hebat dan banyak mengumpulkan pahala amal. Ia tunaikan misinya sampai tuntas. Bahkan jika kelak wafat, dan dihidupakan kembali maka ia pasti akan mengulangi kembali misi hidupnya itu.

 (sumber: http://ponpesbaron.id/temukan-misi-hidup-anda/)

Spirit menunaikan misi hidup ini pulalah yang diteladankan dan ditularkan oleh Rosulullah SAW. Perjalanan isra mi'raj adalah hiburan sekaligus pengakuan dan penguatan keimanan di saat Beliau terpuruk kehilangan istri yang luar biasa setia mendukung misi kenabiannya dan juga kehilangan pamannya sang pelindung utamanya. 

Mi'raj adalah peristiwa luarbiasa, beliau mencapai sidratul muntaha, sebuah capaian derajat tertinggi yang belum pernah dicapai manusia siapapun. Berdialog dengan Allah, menerima perintah sholat, mengimami Nabi Nabi sholat, diperlihatkan keindahan syurga dan kedahsyatan neraka serta dipastikan masuk syurga.

Jika kita adalah Muhammad, maka tentu kita tak mau kembali ke dunia, bertemu kembali dengan kesumpekan dunia, kejahatan abu jahal dan abu lahab dstnya. Muhammad Iqbal, seorang sastrwan besar asal Pakistan, menuliskan, "...tetapi Muhammad, Nabi orang Arab itu tetap kembali lagi ke dunia". 

Mengapa? Karena Nabi Muhammad ingin menuntaskan Misi atau Risalah Kenabian nya yaitu menyeru Tauhid, menyempurnakan akhlak manusia, menjadi rahmatan lil alamin, membawa berita gembira dan peringatan. Sejarah mencatat bagaimana Beliau kemudian menuntaskan Misi nya dengan gemilang sampai Allah wafatkan pada usia 63 tahun.

Begitulah orang-orang yang punya misi hidup yang ajeg, orang orang yang telah menemukan jalan hidupnya di dunia namun dipersembahkan kepada Sang Maha Rahman di langit., itulah Misi, itulah jalan, itulah Shirotol Mustaqiem. Jalan orang orang yang diberi nikmat di atas segala nikmat.

Misi hidup adalah tugas sebagai wujud dan implementasi keimanan dan keyakinan dalam kehidupan nyata. Inilah Jalan kenikmatan bagi mereka yang menikmati tugas kenabian, menikmati mati syahid dalam menjalankan tugasnya, menikmati keshabaran dalam tugasnya, menikmati indahnya memberi dan berbagi dalam tugasnya dstnya.

Maka di bulan Ramadhan, mari kita latih seluruh gerak dan orientasi amal kita sebagai implementasi Imanan, yaitu keyakinan bahwa semua aktifitas kita di dunia harus dalam kerangka menjalankan misi hidup atau tugas spesifik kita di dunia. Misi Ramadhan kita adalah melakukan amal ibadah terbaik yang langsung Allah yang membalasnya, dengan integritas (ihsan)dan kesadaran penuh (tau'iyah). Visi Ramadhan adalah "mudah mudahan menjadi orang bertaqwa".

Bagi yang belum punya Misi Hidup, mari kita temukan Misi Hidup kita di dunia di sepuluh malam terakhir Ramadhan. Semoga ibadah kita yang banyak atau renungan yang banyak di malam malam Ramadhan membimbing kita menemukan kembali titik kesadaran untuk apa kita hidup di dunia. Jika misi hidup ditemukan atau titik kesadaran kesejatian diri kita diperoleh, maka itulah malam yang lebih baik daripada seribu bulan, atau setara 82 tahun, rata rata umur terpanjang manusia akhir zaman. Itu bermakna bahwa mereka yang menjalankan misinya seolah pahalanya abadi walau sudah meninggalkan dunia. Mintalah kepada Allah jalan atau misi hidup kita, karena Allahlah yang paling tahu jalan terbaik bagi kita masing masing.

"Katakanlah Yaa Muhammad, bahwa setiap kalian beramal menurut pembawaannya masing masing, maka Robbmulah yang paling tahu siapa yang lebih benar jalannya".

Jangan sia siakan keberkahan bulan ini, jika masih sendiri maka gali dan rancanglah misi personal, jika sudah berumah tangga, gali dan rancanglah misi keluarga bersama pasangan. Semoga, setelah Ramadhan kita punya misi hidup yang ajeg dan clear, "saya hadir di muka bumi untuk melakukan .... kepada ...." sebagai titik kesadaran, lalu kita tinggal memacunya dan mewujudkannya sejak Syawal dan mengevaluasinya pada Ramadhan tahun depan, begitu seterusnya, semakin lama makin produktif, dan menjadi pacuan amal menjelang Allah wafatkan. InsyaAllah.

Artikel ini terdiri dari 8 bagian, silakan klink link berikut untuk membaca part lainnya. Part 1, Part 2, Part 3, Part 4, Part 5, Part 6, Part 8.

Salam Pendidikan Peradaban

Oleh Ust. Harry Santosa
https://www.facebook.com/harry.hasan.santosa
Share:

Imanan wa Ihtisaban (Part 6) – Indikator Keimanan dalam Kehidupan


Istilah istilah dalam khazanah Islam seringkali mengalami peyoratif atau penyempitan makna. Contohnya makna Niat, begitu mendengar kata Niat, maka benak kita lantas merujuk kepada niat sebagai lafazh untuk memulai ibadah ritual, "nawaitu shoma ghodin...", "usholi fardhu zuhri..." dstnya.

Di Barat, istilah niat itu diartikan sebagai intrinsic motivation, motivasi dari dalam diri manusia yang dapat memicu amal lebih spontan, ikhlash, kreatif serta permanen. Motivasi dari luar (extrinsic motivation) seperti reward and punishment, over stimulus, over conditioning, bahkan pembiasaan dan drilling dianggap menyebabkan orang beramal robotik namun juga tidak permanen.

Pantas saja jika hari ini ummat Islam tak memiliki etos hebat yang berangkat dari dalam jiwanya, bisa jadi karena diawali sempit memaknakan niat, padahal niat itu suatu mindset strategis yang dahsyat yang menggerakkan manusia untuk beramal secara tulus, kreatif dan produktif dalam setiap aspek kehidupannya. Maka kini kita bisa paham mengapa semua kitab klasik Islam selalu diawali dengan bab niat. Itu karena hebatnya makna Niat dan implemehtasinya dalam peradaban Islam di masa lalu. 

Itulah pentingnya makna dari suatu istilah, apalagi istilah yang penting, karena akan menentukan cara orang berfikir, cara merasa dan cara bertindak. Makna dengan narasi yang ringan menyebabkan gagasan, imaji dan aksi yang ringan, sementara makna dengan narasi yang mendalam dan besar akan memicu gagasan, imajinasi dan solusi yang besar pula.



Ibnu Taimiyah rahimahullah menyebut bahwa makna Imanan adalah sesuatu yang diikrarkan dengan lisan, dibenarkan oleh hati dan dikerjakan atau dibuktikan dengan amal perbuatan. Jadi iman itu seyogyanya, sesuatu yang mewarnai, menginspirasi, menggerakkan setiap langkah kehidupan manusia dalam semua bidang kehidupan, baik pendidikan, bisnis, pernikahan dstnya. 

Umumnya kita gagal membawa Keimanan atau Keyakinan ini dalam setiap aspek kehidupan kita, sehingga wujudnya hanya penempelan konten agama dan simbol simbolnya, namun platformnya tetap materialisme, liberaisme dstnya. Itu karena kita hanya memahami keimanan sebagai makna yang sempit yaitu sekedar beragama bukan berkeimanan atau beraqidah.

Keimanan itu harus masuk ke dalam jantung kehidupan, sebagai suatu cara berfikir, cara merasa dan cara bertindak, jika tidak maka keimanan hanya menjadi penempelan simbol simbol agama dalam kehidupan, celakanya hanya materialisme berselimut agama.
Indikator Keimanan masuk dalam Kehidupan

1. Keimanan itu harus muncul sebagai keyakinan bahwa kita hidup di dunia dalam rangka mencapai maksud penciptaan (the purpose of life), yaitu beribadah kepada Allah dan menjadi Khalifah Allah di muka bumi. 

Contoh, andaikan kita bekerja atau berbisnis, lalu mengatakan bekerja dan berbisnis adalah untuk beribadah tetapi yang ditunggu tunggu atau yang diorientasikan adalah gajian dan keuntungan, bukan menebar sebesar besar rahmat dan manfaat, maka kita sesungguhnya sedang mengalami disorientasi keimanan dalam mencapai the purpose of life. 

Begitupula dalam pernikahan dan mendidik anak, jika kita mengatakan menikah dan mendidik anak adalah dalam rangka beribadah dan menjadi khalifah Allah di muka bumi, namun yang ditunggu tunggu adalah harta dan aset yang dikumpulkan serta anak anak yang diorientasikan agar kaya, segera bekerja dan sekedar menguasai banyak ilmu agama dan ilmu umum tanpa makna, maka lagi lagi kita sedang mengalami disorientasi keimanan.
Jika kesibukan kesibukan kita adalah rutinitas dan kecanduan perbuatan tanpa tujuan besar hidup di dunia yaitu untuk beribadah kepada Allah dan menjadi khalifah Allah di muka bumi maka sesungguhnya kita mengalami disorientasi keimanan.

2. Keimanan itu harus berwujud menjadi the mission of life atau Misi Hidup, jika tidak maka kita mengalami kegagalan membawa keimanan dalam kehidupan nyata. Misi hidup adalah apa saja dari aktifitas inti yang kita lakukan dalam kehidupan dengan penuh semangat, ikhlash yang spontan, antusias, produktif serta penuh manfaat sesuai dengan panggilan hidup atau fitrah kita.

Tanpa kejelasan Misi Hidup atau Peran Peradaban maka kita sulit mengatakan bahwa kita adalah hamba Allah dan khalifah Allah. Tanpa misi hidup yang dituntaskan sampai akhir hayat, maka sesungguhnya kita tak pernah mencapai maksud Allah menghadirkan kita di dunia.

Dalam Ramadhan, kita dididik untuk menyelaraskan (aligned) keimanan kita dengan aktifitas Ramadhan, khususnya shaum, agar tidak misorientasi, bahkan Allah SwT mengatakan bahwa puasa itu untukKu, Aku yang langsung memheri pahala puasa pada hambaKu. Jadi shoum atau puasa melatih kita untuk senantiasa berorientasi ke langit dalam tiap aspek kehidupan. 

Artikel ini terdiri dari 8 bagian, silakan klink link berikut untuk membaca part lainnya. Part 1, Part 2, Part 3, Part 4, Part 5, Part 7, Part 8.

Salam Pendidikan Peradaban
Oleh Ust. Harry Santosa
https://www.facebook.com/harry.hasan.santosa
Share:

Imanan wa ihtisaban (Part 5) – Keimanan Kunci Peradaban


Orang orang pada sebuah bangsa berkembang sering merasa pesimis, bahkan minder bahwa negerinya yang miskin itu tak akan pernah mampu tampil hebat dan cemerlang karena kemiskinannya atau kelemahan ekonominya. Mereka mengatakan untuk menyelesaikan dahulu urusan perut dan kebutuhan materi lainnya sebelum bisa sampai pada kemajuan. Sebagian orang orang pada bangsa berkembang itu kurang optimis pada masa depan, mereka lebih suka menyalah nyalahkan masa lalu, menyalahkan konspirasi negara maju yang melemahkan mereka, sibuk menyalahkan bangsa sendiri dstnya sehingga membuat mereka justru berjalan di tempat bahkan mundur ke belakang.

Seorang sosiolog mengatakan mengapa bangsa bangsa di timur mudah dijajah, itu karena ada sifat sifat dan fikiran fikiran dominan pada bangsa itu yang menyebabkan mereka layak dan pantas untuk dijajah. Riset riset terbaru hari ini menunjukkan hal yang berbeda tentang kemajuan, bahwa kemajuan seorang individu, sebuah organisasi, sebuah bangsa, sebuah peradaban itu bukan tergantung pada sumberdaya yang berlimpah, tetapi justru tergantung dari manusia yang memiliki keyakinan besar dan fikiran besar untuk melakukan perubahan dan menebar rahmat serta manfaat

(sumber: http://www.artikelsiana.com/2015/02/pengertian-peradaban-ciri-ciri-para-ahli-peradaban.html)

Manusia dengan keyakinan besar dan fikiran besar lalu kemudian mampu membawa keyakinan besar dan fikiran besar ke dalam kehidupan itulah justru yang akan punya energi besar dan gerakan besar untuk tampil di pentas sejarah peradaban walau sumberdaya terbatas termasuk ekonomi. Hari ini banyak orang melihat bahwa beberapa perusahaan biasa dengan sumberdaya biasa mampu membuat perubahan dan trend besar, sementara banyak perusahaan dengan sumberdaya besar bahkan tak mampu sustain atau tak berlangsung panjang. Perbedaannya terletak pada kemampuan membawa keyakinan atau keimanannya ke dalam setiap aspek realita bisnis dan kehidupannya.

Bahkan pada bangsa bangsa yg menjunjung kapitalisme, ditemukan bahwa orang mau bergerak dan kreatif lebih hebat justru apabila tanpa diberikan iming iming materi dan popularitas seperti reward and punishment, pencitraan dll. Bagi bangsa barat, logika ini sulit diterima, tetapi riset riset dan pengalaman peradaban mereka sendiri membuktikan demikian dan mereka terpaksa mempercayainya.

Di masa Rasulullah SAW di Madinah, kondisi ekonomi para Sahabat tidak terlalu baik juga bahkan seringnya mereka kekurangan makanan dan keterbatasan sumberdaya, namun ide besar dan keyakinan besar membuat mereka berupaya menemukan misi hidupnya di dunia lalu kemudian melahirkan keberanian dan kemampuan bergerak hebat sehingga menggulung dua imperium besar dunia dan memberi cahaya bagi dunia selama ratusan tahun sesudahnya.

Bangsa Arab dimana Nabi SAW ditempatkan adalah bangsa yang miskin sumberdaya alam waktu itu, namun sejarah membuktikan bahwa bangsa yang miskin itu setelah dibimbing dengan keyakinan yang hebat dan narasi hebat peradaban yang kemudian menjadi misi peradabannya, mereka mampu tampil di pentas dunia selama ratusan tahun.

Itulah spiritual, itulah faith, itulah keyakinan dan keimanan yg besar yang turun menjadi misi perubahan sehingga mampu membuat perubahan besar bagi dunia serta menebar manfaat yang besar bagi ummat. 

Dr Malik Bennabi (Malik bin Nabi) seorang pakar peradaban dalam tesis nya tentang siklus peradaban, tentang jatuh dan bangkitnya peradaban, menyatakan bahwa keimanan atau keyakinan besar dan idea besar yang kemudian menjadi misi perjuanganlah sang pemicu bangkitnya peradaban, sementara justru materi dan keberlimpahan peradabanlah penyebab hancur dan terpuruknya sebuah peradaban.

Maka jangan pernah menunggu orang lain atau bangsa lain agar membantu kita untuk maju, atau menyalah nyalahkan orang lain atau bangsa lain sehingga kita malah susah maju, tetapi kuatkanlah akar keyakinan atau keimanan kita kepada Allah SwT. Keimanan inilah yang kelak merupakan energi besar perubahan yang memadukan dan memaksimalkan semua potensi atas fitrah untuk mampu dan maju. Seseorang atau sebangsa harus bangkit dan tampil dari keyakinan dan keimanannya sendiri.

Seorang filsif pernah berkata,
Jika saya bukan untuk saya, lalu siapa yang akan menjadi saya
Jika saya untuk saya, lalu siapa saya
Jika tidak sekarang, lalu kapan?

Allah SWT berfirman,
Sesungguhnya orang-orang yang berkata: "Tuhan Kami adalah Alloh," kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata): "Janganlah kamu merasa takut, dan janganlah kamu bersedih hati, dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu." (QS 41 Fushshilat ayat 30).

"Katakanlah ya Muhammad, bahwa setiap orang beramal menurut bakat pembawaannya masing masing . Dan Robbmulah Yang Paling Tahu siapa yang paling tepat jalannya" (QS 17:84.

Artikel ini terdiri dari 8 bagian, silakan klink link berikut untuk membaca part lainnya. Part 1, Part 2, Part 3, Part 4, Part 6, Part 7, Part 8.

Salam Pendidikan Peradaban

Oleh Ust. Harry Santosa
https://www.facebook.com/harry.hasan.santosa
Share:

Monday 4 June 2018

Imanan wa Ihtisaban (Part 4) – Fitrah Keimanan


Dalam perspektif pendidikan berbasis fitrah, semua aspek fitrah apabila dirawat, dibangkitkan, ditumbuhkan (tarbiyah) dengan paripurna kelak akan menjadi peran peran dalam kehidupan bahkan menjadi adab mulia. Peran terbaik dan adab mulia adalah indikator tercapainya pendidikan berbasis fitrah.

Misalnya fitrah bakat, jika tumbuh paripurna, kelak akan menjadi peran dalam bidang kehidupan dalam bidang profesi atau akademisi atau wirausaha dengan karya karya solutif terbaik dalam bidang tersebut yang memberi manfaat besar bagi masyarakat. Tentu saja mereka yang punya karya dan manfaat itu disebut manusia yang beradab pada masyarakatnya.

Begitupula fitrah seksualitas, jika tumbuh paripurna, kelak akan menjadi peran keayahbundaan terbaik atau peran kesuami istrian terbaik, yang tentu saja dengan peran terbaik itu pasti beradab mulia kepada anak keturunan dan pasangan. Sementara fitrah belajar dan bernalar jika tumbuh paripurna kelak akan memcapai peran innovator yang beradab pada alam, ilmu dan ahli ilmu (ulama). Tanpa fitrah fitrah yang tumbuh baik maka sulit tercapai peran peran atas fitrah itu dan mustahil tercapai misi kehidupan dan tujuan penciptaan manusia di muka bumi.

Fitrah Keimanan

(sumber: https://gcendekia.blogspot.com/2018/05/imanan-wa-ihtisaban-part-2-nilai-nilai.html)

Khusus untuk fitrah keimanan, sesungguhnya inilah fitrah yang paling utama yang kelak menjadi ujung tombak bagi semua peran peran dalam hidup seorang manusia. Jadi fitrah keimanan, apabila ditumbuhkan dengan paripurna kelak akan menjadi peran untuk menyeru kebenaran atau menyeru Tauhid, dalam istilah Islam disebut Da'i Robbani. Fitrah keimanan inilah yang menyatukan semua potensi fitrah lainnya dan peran perannya dalam sebuah misi mulia.

Peran menyeru kebenaran atas fitrah keimanan ini di dalam tataran praktis wujudnya adalah keinginan atau gairah besar untuk membuat perubahan bagi peradaban yang lebih lestari dan harmoni. Itulah keimanan yang benar dan sejati, yang mendorong manusia untuk hidup lebih bermakna dengan menjadi agen perubahan, yaitu sikap dan mental juga kompetensi untuk peduli, berani dan mampu menerima dan mengambil tanggungjawab melakukan perubahan atas krisis di dunia. Ghirah keimanan seseorang dianggap lemah atau tidak tumbuh baik jika tak sampai kepada derajat ini.

Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa yang melihat kemungkaran, hendaknya merubahnya dengan tangan, jika tak mampu maka dengan lisan, jika tak mampu juga, maka dengan hati, itulah selemah lemahnya keimanan"

"Bukanlah al-iman itu dengan berpangku-tangan dan bukan pula dengan berangan-angan, tetapi al-iman itu adalah apa yang memancar di dalam qalbu dan dibenarkan (dibuktikan) dengan al-amal. Demi jiwaku yang ada dalam genggaman-Nya: seseorang tidak akan masuk surga kecuali dengan amal yutqinuhu (yang dikuasainya)."

Para sahabat bertanya: "Ya, Rasulullah, apa yang dimaksud dengan 'yutqinuhu'?". Rasulullah SAW menjawab: "yuhkimuhu (dia ahlinya)".
—H.R. Abu Qasim bin Busyroni, Ad-Darqathani, Ibnu Najar, Abu Nu’aim Al-Isfahani.

Peduli (awareness), berani dan mampu membuat perubahan inilah yang merupakan hasil dari pendidikan fitrah keimanan yang benar sesuai tahapannya. Agar sampai kepada Keimanan dengan derajat yang demikian maka tahap awal mendidik fitrah keimanan harus dimulai dengan menguatkan konsepsi fitrah keimanan itu dengan kecintaan yang mendalam atau Mahabbah.

Kekuatan cinta (Mahabbah) inilah kemudian melahirkan keridhaan untuk sampai pada derajat berikutnya yaitu mencapai kesadaran menerima Kebenaran sebagai sebuah aturan dalam kehidupan melalui beragam amal atau aktifits positif dan pemuasan nalar. Baru kemudian keimanan itu sampai pada derajat siap untuk menerima ujian keimanan.
Keimanan yang dibangun pada awalnya bukan dengan kecintaan dan keridhaan, tetapi dibangun dengan kebencian, ketakutan hanyalah melahirkan manusia ekstrim di kemudian hari, bisa ekstrim kiri (liberlais atheis) atau ekstrim kanan (teroris).

Berefleksi kepada Ramadhan
Sampai sini semoga kita bisa memahami mengapa Imanan itu utama dan penting sebelum ihtisaban, karena keimanan inilah motif terdalam dan terbesar dari perubahan baik skala individual maupun komunal, pribadi maupun keluarga bahkan bangsa. Dalam konteks keimanan tadi, kita juga akan segera paham bahwa keimanan harus dimulai dengan kecintaan dan keridhaan, baru kesadaran dan ketaatan, serta dilanjutkan dengan pengujian dan pengokohan, itulah mengapa Ramadhan dibagi menjadi 3 fase, yaitu fase rahmah, fase maghfirah dan fase itqumminannaar.

Itulah sesungguhnya isyarat bagaimana keimanan harus ditumbuhkan bertahap. Begitupula orangtua dan pendidik dalam mendidik keimanan hendaknya awali dengan kesan kesan indah sehingga bangkitlah ghirah kecintaan, lalu lanjutkan dengan memberi banyak ampunan dalam beramal yaitu berupa banyak memberi kesempatan beramal dan bernalar walau bisa jadi salah sehinggs diharapkan muncul kesadaran, dan akhirnya diberi ujian agar keimanan itu kokoh sehingga siap menjadi agen perubahan. Sungguh Imanan akan berdampak besar dalam kehidupan, jika ia muncul sebagai peran untuk membuat perubahan terbaik dengan adab yang mulia.

Artikel ini terdiri dari 8 bagian, silakan klink link berikut untuk membaca part lainnya. Part 1, Part 2, Part 3, Part 5, Part 6, Part 7, Part 8.

Salam Pendidikan Peradaban

Oleh Ust. Harry Santosa
https://www.facebook.com/harry.hasan.santosa
Share:

Sunday 3 June 2018

Imanan wa Ihtisaban (Part 3) – Tren Spiritual di Barat


Sementara peradaban barat semakin insyaf dan bergerak ke era meaning atau pemaknaan (Daniel Pink menyebutnya Conceptual Age), justru peradaban timur semakin bergerak kepada simbolik mekanistik. Ketika Peradaban barat menyadari bahwa selama ini kapitalisme dan materialisme telah mencekoki mereka menjadi bangsa tanpa jiwa, maka kini mereka mulai bergerak dan bergiat melakukan gerakan mindfullness atau meaningfullness dalam semua aspek. Perusahaan perusahaan berlomba untuk membangun bisnis dengan kesadaran dan kearifan, dengan orientasi makna bukan lagi uang. Sementara peradaban di timur malah nampak semakin materialistik dan hedonistik.

 (sumber: https://premaandprana.com/11-must-read-spiritual-books-that-will-change-you-forever/)

Lihatlah buku buku yang laris dibaca orang di barat, mengarah ke kesadaran, kebijaksanaan seperti buku spiritual is solutions, meaning revolution, purpose revolution, what on earth am i here for, start with why, find your why, conciousness business dstnya, sementara buku buku yang laris di timur adalah buku buku materialisme berselimut agama, seperti cara kaya ala Islam, kaya dalam 30 hari, dstnya.

Ketika barat menyadari bahwa Sistem Pendidikan modern yang selama hanya memproduksi human thinking (cerdas berfikir) dan human doing (terampil) yang membuat banyak krisis kemanusiaan dan krisis alam maka energi perubahan mereka mulai dikerahkan untuk kembali melahirkan human being atau manusia seutuhnya (insan kamil).

Di barat, jam bekerja dipangkas, jam bersekolah dipangkas, sementara jam bersama keluarga diperbanyak. Mereka tahu betul semakin fitrah manusia dihargai, maka manusia semakin bermoral dan berkinerja tinggi. Sementara kita di timur baru saja sedang semangat semangatnya menggegas jam pelajaran dan jam bekerja, sekolah full day menjamur jadi berhala kebanggaan padahal sudah mulai ditinggalkan di barat. Memanusiakan manusia di sekolah sekolah di timur, hanya upaya memanipulasi gaya belajar untuk menjejalkan akademis.

Di barat gerakan melahirkan kembali human being atau Insan Kamil, yaitu manusia yang mengorientasikan seluruh gerak, fikiran dan perasaannya serta tujuan hidupnya ke langit (Robbani) kini nampaknya menjadi trend. Para pemegang spiritual wisdom atau orang arif bijak mulai diundang menjadi nara sumber lembaga lembaga dan perusahaan perusahaan besar.

Spiritual seolah masuk sebagai solusi terbaik ke jantung kapitalisme dan modernisme di barat, sementara kita baru sedang memuja muja materialisme nya dengan mengtasnamakan agama. Bersedekah agar kaya, berhaji agar kaya, sholat dhuha agar kaya, berbuat baik agar menjadi magnit bagi kekayaan dstnya.

Barat yang telah banyak dibuat sengsara oleh materialisme, kini telah menyadari pentingnya dan dahsyatnya keyakinan (believe), pemaknaan (meaning), dan spiritual dalam semua aspek kehidupan baik personal, pernikahan, pendidikan maupun bisnis agar manusia menjadi makhluk yang berorientasi kemuliaan langit bukan lagi berorientasi tarikan bumi.

Sayangnya sebagian besar masyarakat di barat tak beragama dan tak bertuhan. Itulah tugas kita untuk menyempurnakan akhlak, kearifan, temuan Barat dengan Tauhid. Sayangnya sebagian besar Muslim baru asik mengekor masa lalu barat yang telah ditinggalkan di barat pada hari ini.

Di Ramadhan ini, kita kaum Muslimin yang Beriman diminta untuk berpuasa dengan Imanan wa ihtisaban agar dosa dosa kita yang telah lalu diampuni dan agar kembali fitri. Kata Imanan juga seharusnya menjadi inti, ruh dan platform bagi semua bidang kehidupan, bukan sekedar penempelan agama tanpa makna.

Artikel ini terdiri dari 8 bagian, silakan klink link berikut untuk membaca part lainnya. Part 1, Part 2, Part 4, Part 5, Part 6, Part 7, Part 8.

Salam Pendidikan Peradaban.

Oleh Ust. Harry Santosa
https://www.facebook.com/harry.hasan.santosa
Share:

Translate

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Powered by Blogger.

Flag Counter

Flag Counter