Kali ini saya akan bercerita pengalaman
saya ke Jakarta dan mencicipi naik empat kereta yang berbeda. Awal November ini
saya ada acara di Jakarta untuk mengikuti sebuah conference. Saya berangkat malam
hari dari Solo dengan menggunakan kereta jarak jauh dan rencananya besok pulang
dengan kereta luxury yang kata orang di medsos nyaman itu, tapi gagal karena
tiketnya habis. Selamat deh uang saya untuk membayar tiket luxury yang setara
dengan harga tiket pesawat ini. Berikut pengalaman saya.
Kereta jenis pertama yang saya
naiki adalah Argo Dwipangga dengan harga tiket sekitar 500 ribu. Pada kereta
yang pertama ini saya lupa memfoto. Kereta eksekutif ini merupakan produk 2015
kalau tidak salah. Dengan tempat pijakan kaki yang kalau diinjak akan sangat
jauh berhentinya. Jadinya saya tidak pakai injakan kaki. Cukup nyaman memang,
tetapi kalau bisa milih sama – sama kelas eksekutif saya prefer yang kursinya
warna biru itu karena pijakan kaki dan sandaran kepalanya lebih bagus, menurut
saya. Pada saat sampai Jogja, kereta mengalami kendala lokomotif. Tapi sgera
diatasi dengan professional meskipun kami harus menunggu 40 menit.
Turun di Gambir, saya menggunakan ojek online menuju lokasi acara. Besoknya saya meluangkan waktu untuk mencoba MRT Jakarta. Sebenarnya sudah sejak lama pengen naik, tapi baru kesampaian. Sepanjang ada niat baik, disitu ada jalan, hehe. Dan rejeki nomplok pun datang, selaian dapat naik MRT dibayari pula sama pihak seminar dengan e-money edisi khusus seperti dibawah ini.
Saking exited nya naik MRT,
sampai – sampai foto sana-sini bahkan memvideo dari dalam waktu kereta
berjalan. Tentu di jalur bukan bawah tanah ya. Berikut tampak dalam MRT Jakarta
yang tidak telalu ramai. Lebih terkondisi dibanding KRL, kata orang karena
tiket MRT lebih mahal sih. Tiket MRT yang saya coba dari Lebak Bulus menuju
Dukuh Atas seharga 14 ribu.
Di stasiun MRT Lebak Bulus ada
hal yang luar biasa khususnya buat para Railfans, yaitu DIPO MRT.Dari atas
stasiun kita bisa melihat beberapa MRT yang terparkir dan mengambil foto
sepuasnya. Berikut hasil jepretan kamera HP saya.
Setelah puas dengan MRT saya
menuju ke stasiun Dukuh Atas untuk berpindah menuju kereta bandara atau dikenal
dengan Railink di Stasiun BNI city yang letaknya dekat dengan stasiun MRT Dukuh
Atas. Buru – buru karena sudah beli tiket kereta bandara, eh sampai sana telat
juga. Hangus tiket kereta bandara seharga 40 ribu. Karena terlanjur sampai
stasiun Railink saya membeli tiket railink di mesin tiket yang tersedia. Kaget
juga sih harga di mesin tiket 70 ribu padahal waktu kemarin beli online cuma 40
ribu. Mungkin ada yang tahu alasannya? Tulis di komen ya.
Berikut penampakan sisi luar
dan dalam Rainlink. Kereta buatan Madiun ini cukup modern dan nyaman juga.
Sebanding dengan harga tiketnya. Tapi saya salut dengan mode transportasi yang
terintegrasi ini. Sangat membantu penumpang apalagi yang jarang jalan – jalan seperti
saya ini.
Terakhir sampai Bandara Soeta,
saya harus mencicipi kereta yang terakhir untuk berpindah terminal yaitu
Skytrain. Kereta jenis ini berbeda dengan tiga jenis kereta lainya karena
berjalan diatas rel beton menggunakan roda karet. Untuk kecepatan dan jalur
yang pendek memang ok, tapi untuk jalur yang panjang, roda ban akan cepat aus
karena menahan beban yang berat. Yang paling saya suka dari skytrain adalah
gratis, hehe. Berikut penampakan cabin di bagian ekornya, sedangkan bagian
kepada masih ada masinis yang mengemudikan. Cukup sampai disini cerita saya dan
terima kasih sudah mampir di laman ini.