Cerdas Mendunia!

Tuesday 19 November 2019

Mencicipi 4 Jenis Kereta Api


Kali ini saya akan bercerita pengalaman saya ke Jakarta dan mencicipi naik empat kereta yang berbeda. Awal November ini saya ada acara di Jakarta untuk mengikuti sebuah conference. Saya berangkat malam hari dari Solo dengan menggunakan kereta jarak jauh dan rencananya besok pulang dengan kereta luxury yang kata orang di medsos nyaman itu, tapi gagal karena tiketnya habis. Selamat deh uang saya untuk membayar tiket luxury yang setara dengan harga tiket pesawat ini. Berikut pengalaman saya.

Kereta jenis pertama yang saya naiki adalah Argo Dwipangga dengan harga tiket sekitar 500 ribu. Pada kereta yang pertama ini saya lupa memfoto. Kereta eksekutif ini merupakan produk 2015 kalau tidak salah. Dengan tempat pijakan kaki yang kalau diinjak akan sangat jauh berhentinya. Jadinya saya tidak pakai injakan kaki. Cukup nyaman memang, tetapi kalau bisa milih sama – sama kelas eksekutif saya prefer yang kursinya warna biru itu karena pijakan kaki dan sandaran kepalanya lebih bagus, menurut saya. Pada saat sampai Jogja, kereta mengalami kendala lokomotif. Tapi sgera diatasi dengan professional meskipun kami harus menunggu 40 menit.

Turun di Gambir, saya menggunakan ojek online menuju lokasi acara. Besoknya saya meluangkan waktu untuk mencoba MRT Jakarta. Sebenarnya sudah sejak lama pengen naik, tapi baru kesampaian. Sepanjang ada niat baik, disitu ada jalan, hehe. Dan rejeki nomplok pun datang, selaian dapat naik MRT dibayari pula sama pihak seminar dengan e-money edisi khusus seperti dibawah ini.


Saking exited nya naik MRT, sampai – sampai foto sana-sini bahkan memvideo dari dalam waktu kereta berjalan. Tentu di jalur bukan bawah tanah ya. Berikut tampak dalam MRT Jakarta yang tidak telalu ramai. Lebih terkondisi dibanding KRL, kata orang karena tiket MRT lebih mahal sih. Tiket MRT yang saya coba dari Lebak Bulus menuju Dukuh Atas seharga 14 ribu.

Di stasiun MRT Lebak Bulus ada hal yang luar biasa khususnya buat para Railfans, yaitu DIPO MRT.Dari atas stasiun kita bisa melihat beberapa MRT yang terparkir dan mengambil foto sepuasnya. Berikut hasil jepretan kamera HP saya.


Setelah puas dengan MRT saya menuju ke stasiun Dukuh Atas untuk berpindah menuju kereta bandara atau dikenal dengan Railink di Stasiun BNI city yang letaknya dekat dengan stasiun MRT Dukuh Atas. Buru – buru karena sudah beli tiket kereta bandara, eh sampai sana telat juga. Hangus tiket kereta bandara seharga 40 ribu. Karena terlanjur sampai stasiun Railink saya membeli tiket railink di mesin tiket yang tersedia. Kaget juga sih harga di mesin tiket 70 ribu padahal waktu kemarin beli online cuma 40 ribu. Mungkin ada yang tahu alasannya? Tulis di komen ya.

Berikut penampakan sisi luar dan dalam Rainlink. Kereta buatan Madiun ini cukup modern dan nyaman juga. Sebanding dengan harga tiketnya. Tapi saya salut dengan mode transportasi yang terintegrasi ini. Sangat membantu penumpang apalagi yang jarang jalan – jalan seperti saya ini.



Terakhir sampai Bandara Soeta, saya harus mencicipi kereta yang terakhir untuk berpindah terminal yaitu Skytrain. Kereta jenis ini berbeda dengan tiga jenis kereta lainya karena berjalan diatas rel beton menggunakan roda karet. Untuk kecepatan dan jalur yang pendek memang ok, tapi untuk jalur yang panjang, roda ban akan cepat aus karena menahan beban yang berat. Yang paling saya suka dari skytrain adalah gratis, hehe. Berikut penampakan cabin di bagian ekornya, sedangkan bagian kepada masih ada masinis yang mengemudikan. Cukup sampai disini cerita saya dan terima kasih sudah mampir di laman ini.


Share:

Translate

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Powered by Blogger.

Flag Counter

Flag Counter