Cerdas Mendunia!

Thursday 27 December 2018

Tips Kursus Mobil Langsung Bisa


Setelah sebelumnya dibahas tentang perjalanan kursusmobil tiap sesi, sekarang saatnya saya membuktikan hasil kursus mobil saya. Walau sebenarnya saya masih ragu, pasalnya pada pertemuan kursus terakhir, saya sempat bertanya pada pelatihnya, apakah saya sudah layak nyetir di jalan raya sendiri. Dengan ragu beliau menjawab, ya sebaiknya ditemani dulu, masih belum lancar.



Akhirnya waktu riset tiba, sebagai anggota tim riset saya harus mengendarai mobil risetnya. Beberapa mobil yang hendak diriset sudah datang dan ternyata semuanya bertransmisi automatic/ matic. Kata orang matic lebih mudah dari manual karena tidak ada kopling dan presneling. Akan tetapi, saya belum pernah coba yang meskipun satu kali. Sore harinya saya kaget karena saya diminta membawa mobil tersebut pulang. Awalnya saya ragu, tetapi berbekal latihan sebentar penggunaan matic oleh teman saya, akhirnya saya memberanikan diri. Dengan berprinsip pada, yang penting tenang, akhirnya saya bisa mengendarai mobil matic di jalan raya sendirian dengan jarak sekitar 16 km. Lega rasanya bisa sampai rumah dengan selamat.

Besoknya, bertepatan dengan weekend, saya mencoba mobilnya keliling kampung. Saya yakin dengan banyak praktik, maka skill nyetir akan meningkat. Saya sudah membuktikan, dengan bisa masuk gang – gang sempit yang bahkan belum diajarkan waktu kursus. Sehari full saya muter – muter, malamnya tepar. Ternyata nyetir awal – awal itu sangat melelahkan, karena masih tegang, otot kaku semua. Dan sekarang sudah satu bulan lebih saya memakai mobilnya. Yang awalnya cuma berani di jalan raya waktu pagi biar sepi, kini saya sudah berani menghadapi macet. Nyetir di malam hari pun juga sudah terbiasa.


Berikut beberapa Tips dari saya agar kursus mobil sekali jadi:
  1. Niat, kalau tidak niat tidak usah dulu deh, buang duit nanti
  2. Berani, beranikan diri untuk mencoba
  3. Tenang, mulai dengan doa, pelan-pelan dulu nyetirnya
  4. Sering latihan, dengan sering latihan maka skill kita akan semakin ter asah 
Demikian tips dan cerita saya tentang kursus mobil sekali jadi, semoga bermanfaat. Salam sukses!

Artikel sebelumnya: Kursus Mobil Sekali Jadi

Share:

Kursus Mobil Sekali Jadi


Bisa mengemudikan mobil atau nyetir memang sudah lama menjadi keinginanku. Akan tetapi, keinginan ini tertunda pasalnya mobilnya belum punya. Banyak teman dan tetangga yang belum punya mobil juga sudah pandai nyetir. Contoh saja, tetangga sebelah, yang berprofesi sebagi sopir, sempat heran saya, karena Bapaknya seorang sopir anak – anaknya bisa nyetir, padahal mereka tidak ada mobil, disitu kadang saya mengira nyetir mobil adalah salah satu bakat turunan.


Masih manjadi momok bagi saya dalam mengemudikan mobil adalah, bagaimana cara memperkirakan dimensi mobil, misal pada saat ingin mendahului atau melalui orang yang sedang jalan misalnya, cara memperkirakan jarak aman bagaimana. Kalau dibandingkan dengan motor, motor lebih mudah dikendarai bagi saya karena pertama dimensinya kecil sehingga lebih mudah memperkirakan, kedua kendali motor ada di tengah, sehingga perkiraan kanan kiri lebih mudah. Kalau mobil kan setirnya ada disisi kanan. Sempat saya terbayang mengendarai mobil F1 tentu akan lebih mudah karena setirnya ada di tengah, atau kenapa mobil setirnya tidak dibuat seperti setang motor macam bajaj.

Satu hari saya diajak oleh senior kerja saya untuk ikut penelitian mobil hybrid. Apa itu mobil hybrid? Yaitu mobil yang sumber energinya ada dua, ini mobil punya mesin dan punya baterai. Jadi mobil ini memakai tenaga campuran antara mesin dan baterai untuk bergerak. Dengan adanya sumber energi baterai, tentu saja konsumsi BBM mobil ini akan lebih hemat.

Singkat cerita, saya yang belum pernah bisa nyetir mobil ini lakok diikut sertakan dalam penelitian yang mana harus nyetir mobilnya. Tetapi saya berpikiran positif, ini kesempatan bagi saya untuk bisa belajar nyetir mobil, lagi pula nanti boleh memakai mobilnya gratis. Akhirnya saya, dengan nekat, bersedia bergabung penelitian tersebut. Dari sinilah saya terdorong harus ikut kursus setir mobil, masih ada waktu dua minggu sebelum penelitian dimulai.

Saya yang tinggal di pinggiran Kota Solo langsung saja mencari tempat kursus setir mobil terdekat. Saya menemukan Sekolah Mengemudi ARTA JAYA yang berlokasi di Jaten. Walaupun ratingnya di google kurang banyak, tapi karena searah dengan rumah akhirnya saya pilih. Saya ambil kursus pada bulan Oktober 2018 dengan biaya pendaftaran Rp 30.000. Disana ada lima pilihan paket yaitu paket 6, 7, 8, 9, 10 dimana menunjukkan jumlah pertemuan. Saya ambil paket 6 dimana ada 6 kali pertemuan dangan biaya Rp 370.000 dan setiap pertemuan adalah 1 jam. Untuk jadwal bisa kondisional dikomunikasikan dengan pelatih. Materi yang diajarkan sesuai yang dibrosurnya adalah: teori, praktek jalan raya, praktek tanjakan, praktek parkir, praktek mundur, dan rute bebas.


Karena hanya ada waktu dua minggu untuk belajar maka saya seriusi kursus ini, lagian sudah bayar mahal. Hari pertama kursus dimulai. Mobil yang dipakai cukup memuaskan, Terios 2018. Dimulai dengan teori singkat yang memperkenalkan bagian – bagian mobil, kemudian saya langsung diajak cus jalan di jalan raya. Karena baru pertemuan pertama, saya minta 1 jam saja dan rute pedesaan. Kesulitan pertama yang saya temui adalah memadukan konsentrasi antara tangan dan kaki, dimana tangan harus konsentrasi memagang setir dan sesekali presneling, sedangkan kaki harus di kopling dan gas rem. Gas dan rem awalnya memang tersendat, tatapi bukan masalah besar dan bisa teratasi. Masalah besarnya adalah seperti saya bilang diawal yaitu memperkirakan lebar mobil sehingga waktu melewati atau mendahului aman. Kata orang itu pakai feeling, tapi saya yang baru pertama belum ada feeling itu. Saran pelatih, kondisi kanan dan kiri itu bisa dilihat dari spion, tapi kalau bisa jangan terlalu sering lihat spion nanti jadi tidak konsen yang didepan. Akhirnya latihan sesi pertama selesai dengan dua catatan, kopling sering lupa dan masih terlalu sering lihat spion. Masih agak tegang juga karena mungkin ini yang pertama.

Lanjut pertemuan sesi 2 dan 3 saya gabung, jadi 2 jam sekaligus. Untuk sesi kali ini, rute diperpanjang dan juga masuk perkotaan. Pertemuan kedua malah lebih nerves dibanding pertemuan pertama pasalnya masuk perkotaan yang crowded jadi harus extra hati – hati agar tidak membahayakan orang lain. Lagi – lagi antara tangan dan kaki belum bisa sinkron. Selagi tangan memegang setir dan konsentrasi pada jalan di depan, kaki terkadang lupa kopling sehingga mesin hampir mati. Untuk pelatih membantu kopling. Sekeder info, mobil untuk kursus biasanya di kursi penumpang depan tempat pelatih juga ada pedal rem dan kopling untuk membantu para pengemudi awam seperti saya. Kali ini, saking nervernya tangan saya sampai gemetar sehingga kadang secara tak sadar mobil berbelok. Selesai juga sesi 2 dan 3 kali ini dengan catatan yang hampir sama dengan sesi sebelumnya yaitu feeling jalan belum dapat dan kopling saring lupa.

Sesi 4 saya ambil satu jam saja, berkaca dari sesi 2 jam sebelumnya, ternyata semakin lama malah makin tidak konsen. Pada pertemuan ini adalah materi tanjakan. Pelatih mengarahkan saya untuk membawa mobil ke jalan tanjakan yang cukup sepi dan bisa untuk saya berlatih. Cukup ribet ternyata latihan tanjakan dengan mobil transmisi manual ini. Cara pertama adalah lepas kopling setangah sampai mesin mobil bergetar, kemudian baru lepas rem kaki dan lanjut tambahkan gas. Cara kedua adalah dengan hand rem, caranya yaitu lepas kopling separo hingga mobil bergetar, gas sedikit sampai rpm mesin sekitar 1000 kemudian lepas hand rem. Sedangkan untuk memperkirakan apakah jalan miring atau tidak jika kemiringannya kecil kecil adalah, coba lepas rem, jika mobil mundur sgera rem lagi, berarti jalan menanjak. Kedua cara tadi masih terlalu komplek bagi pemula macam saya.

Tinggal dua sesi dan rencana mau saya gabung menjadi satu pertemuan yaitu sesi 5 dan 6. Semua teori sudah disampaikan dan kata pelatihnya bisa tak bisa itu urusan Anda kewajiban mereka adalah menyampaikan materi sesuai kurikulum yang ada. Pertemuan terakhir materi yang tersisa yaitu latihan mundur dan parkir. Untuk latihan parkir ini saya diajak ke suatu tempat yang ada dua pohon berdiri. Anggap kedua pohon itu adalah lebar garasi mobil atau mobil di kanan – kiri parkiran. Latihannya berupa parkir mobil mundur dan dicoba dari sisi kiri maupun sisi kanan. Latihan parkir mundur sukses. Sesi terakhir seiring berakhirnya kursus saya catatan besarnya adalah, lupa kopling sedangkan feeling jalan sudah lumayan dapat.

Artikel selanjutnya: Tips Kursus Mobil Langsung Bisa

Share:

Sunday 16 December 2018

Ayah Milineal di Era Digital


Era digital atau dikenal dengan Revolusi Industri 4.0 ini memberikan tantangan baru dalam hal pendidikan anak. Bagaimana tidak, sekarang informasi serba bersliweran dan bisa diakses kapan saja dan dimana saja. Tentu saja, pada zaman yang serba digital ini pendidikan anak memiliki treatment yang berbeda dengan zaman dulu. Jika dulu setelah pulang sekolah, anak bermain dengan teman – teman dan setelah sore ada yang ikut kursus ataupun mengaji di masjid, zaman sekarang kapan pun dimanapun anak pegang HP. Seolah HP adalah segalanya, karena memang zaman sekarang hampir semua bisa di dapat dari HP. Kita sebagai orang tua, tidak boleh menyalahkan zaman karena memang inilah kenyataan, yang ada adalah orang tua sebisa mungkin memanfaatkan teknologi yang ada untuk pendidikan anak.



Semakin mudahnya informasi didapat dan semakin baiknya gizi anak sekarang, sehingga sering kita dapati kids zaman now baligh dulu dan akil terlambat. Kenapa bisa baligh dahulu dan akil kemudian? Baligh kaitanya dengan kedewasaan fisik, sedangkan akil kaitannya dengan kedewassan akal. Jika anak perempuan dulu menstruasi sekitar usia SMP, sekarang SD pun sudah, demikian pula untuk anak laki – laki. Contoh yang lebih parah, anak SD zaman now sudah menghamili dan yang perempuan hamil. Padahal mereka belum tahu tanggung jawab mendidik anak karena meraka juga secara akil masih anak – anak.

Hubungannya dengan pendidikan anak, siapakah sebenarnya yang bertanggung jawab dalam pendidikan anak? Semua pasti menjawab, orang tua. Orang tua sendiri terdiri dari Ayah dan Bunda. Akan tetapi kenyataan sekarang sangat memprihatinkan dimana ayah dan bunda sibuk bekerja anak masuk penitipan atau PAUD atau sekolah fullday. Lalu apabila terjadi kenakalan anak, orangtua saling menyalahkan. Ada pula istri yang pengertian, mau menerima untuk resign kerja demi menemani anak, menuju fitrah sebagai ibu. Ternyata masih saja terjadi kecolongan walaupun ibu sudah menunggu di rumah. Kemudian suami menyalahkan istri atas kenakalan atau kekurangan yang ada pada anak. Suami merasa sudah sibuk bekerja sehingga apapun terkait anak itu tanggung jawab istri. Si istri merasa sudah melakukan yang terbaik, dari bangun tidur sampai tidur lagi rasanya sudah stand by menjaga anak. Akhirnya terjadi percekcokan suami - istri. Terkadang kita lupa, anak dibuat oleh ayah dan bunda, sehingga mendidik juga merupakan tanggung jawab bersama.

Mendidik anak merupakan tanggung jawab berdua, ayah dan bunda. Kenapa harus ayah dan bunda? Kerena pada dasarnya ayah dan bunda memiliki fitrah yang berbeda. Ayah sebagai seorang yang cenderung pendiam, tetapi memiliki karakter yang kuat. Sebaliknya bunda, dimana fitrahnya lebih banyak berbicara, memiliki sifat kelembutan dan kasih sayang. Keduanya penting, jika berat sebelah maka tidak akan seimbang. Misalnya seorang anak yang kurang pendidikan dari ayah, maka ia cenderung tidak percaya diri. Sedangkan anak yang kurang pendidikan bunda, maka ia cenderung keras. Keseimbangan pendidikan ayah dan bunda menjadi faktor kuat masa akil baligh anak berjalan seirama.

Sebagai kepala keluarga dan juga pendidik karakter utama anak, seorang ayah memiliki tanggung jawab untuk menentukan visi dan misi keluarga dan tentunya visi dan misi pendidikan anak. Jika diibaratkan sebuah sekolah, ayah adalah kepada sekolahnya sedangkan bunda adalah gurunya. Kepala sekolah sebagai penanggung jawab sebuah sekolah dan guru sebagai pelaksana harian.

Kemudian di era digital ini bagaimana cara pendidikan anak agar terbentengi dari virus digital internet dan tetap dapat bersaing di zaman disruptif ini? Kunci utamanya yaitu dengan memanamkan karakter pada anak sehingga ia tidak mudah terpengaruh informasi – informasi yang bersliweran dan juga terjaga dalam pergaulanya. Jadi, tidak melarang anak untuk belajar dari internet maupun bermedia sosial tetapi kita tanamkan dasar pada anak untuk memilih mana yang baik dan mana yang tidak. Karena pada dasarnya anak itu, semakin dilarang justru semakin penasaran. Hal ini sesuai pesan Sahabat Ali bin Abi Tholib:

“Didiklah anakmu sesuai jamannya, karena mereka hidup bukan di jamanmu!”

Lantas bagaimana caranya penanaman karakter ini dilakukan? Salah satu caranya, sesuai yang dituntunkan Rosul dalam hadistnya yaitu

“Ajarilah anak – anak kalian berkuda, berenang, dan memanah”

Apa hubungan berkuda, berenang, dan memanah di era digital ini? Pertama, semua sunah Rosul pasti ada hikmahnya, sebagai orang mukmin wajib melaksanakan. Kedua, jika kita tilik lebih dalam tentang berkuda berenang dan memanah, ternyata mengandung hikmah sebagai berikut:

  1.      Berkuda diartikan sebagai Skill of Life, yaitu dengan memberikan keterampilan atau keahlian sebagai bekal hidup sehingga memiliki rasa percaya diri, jiwa kepemimpinan dan pengendalian diri yang baik.
  2.        Berenang diartikan sebagai Survival of Life, mendidik anak agar selalu semangat dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi masalah.
  3.      Memanah diartikan sebagai Thinking of Life, mengajarkan anak untuk membangun kemandirian berpikir, merencanakan masa depan dan target hidup.




Semoga dengan menggunakan rumus SST (Skill, Survival, dan Thinking) yang bersumber dari hadist Rosul ini, kita bisa menanamkan karakter positif yang kuat pada anak sehingga pada kondisi bagaimanapun anak terjaga dan bisa menjaga dirinya sendiri. Penanaman karakter adalah tanggung jawab utama ayah, tetapi pendidikan anak adalah tanggung jawab ayah dan juga bunda.

Referensi:
https://www.kompasiana.com/elokkhusna/584a2e7e8d7a61d308d3824e/mendidik-anak-ala-ali-bin-abi-thalib-ra?page=1

Share:

Translate

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Powered by Blogger.

Flag Counter

Flag Counter