Cerdas Mendunia!

Wednesday, 12 September 2018

A Home Team



Bulan Agustus kemarin, saya dan istri tertarik untuk mengikuti workshop tentang A home team di salah satu hotel di Kota Solo. Apa itu A home team? Dari kata – katanya jika kita artikan adalah sebuah tim keluarga. Secara leih dalam adalah bagaimana membentuk keluarga yang solit. Seminar tersebut diisi oleh pembicara yang tentunya sudah tidak asing bagi ibu – ibu karena beliau adalah Founder IIP (Institut Ibu Profesional) yaitu Ibu Septi Wulandari dan Sang suami Pak Dodik. Berikut rangkuman dari ilmu yang berhasil saya pahami di workshop tersebut.




Apakah persamaan dan perbedaan dua gambar diatas? Persamaannya antara lain: kumpulan banyak orang, saling berinteraksi, di tempat yang sama, dll. Sedangkan perbedaanya antara lain:

Pasar
Klub Bola
Interaksi bersifat individual
Interaksi bersifat kelompok
Setiap individu memiliki tujuan masing - masing
Individu – individu dalam klub bola memiliki tujuan yang sama
Tidak ada aturan khusus
Ada aturan yang jelas

Berdasarkan tabel perbedaan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pasar adalah sebuah kerumunan karena walaupun terdapat banyak orang pada satu tempat yang sama, mereka memiliki tujuan masing – masing. Sedangkan klub bola adalah sebuah tim, dimana setiap kelompok saling terikat dan memiliki tujuan yang sama. Dari sini mari kita instropeksi diri kita masing – masing, apakah pada keluarga kita sudah terbentuk sebuah tim yang solit atau hanya sebuah kerumunan individu yang memiliki tujuan masing – masing?

Ciri sudah terbentuk tim pada sebuah keluarga adalah sudah tidak adanya aku dan kamu, misalnya milikku, milikmu. Dalam sebuah tim yang ada adalah milik bersama, sehingga jika masih ada aku dan kamu maka sebuah tim tidak akan solit.

Untuk membangun keluarga kita menjadi sebuah tim keluarga yang bekualitas ‘A’ ( sehingga disebut A home team) maka langkah pertama adalah menyatukan tujuan suami dan istri. Karena suami dan istri pasti memiliki latar belakang yang berbeda maka pasti FOR dan FOE nya pun juga berbeda. FOR atau Frame of Reference adalah lingkungan terutama keluarga yang mempengaruhi pola pikir seseorang, sedangkan FOE atau Frame of Experience adalah pengalaman hidup. Dengan FOR dan FOE yang berbeda pasti seseorang akan memiliki kepribadian yang berbeda pula. Jadi, jangan memaksakan pasangan kita untuk harus bersifat seperti kita.

Lantas dengan kepribadian yang berbeda ini, bagaimana cara menyatukannya untuk menjadi tim yang solit? Salah satu cara mudahnya adalah dengan mencari persamaan dan perbedaan masing – masing suami dan istri. Tulis semua kesukaan suami, tulis semua kesukaan istri. Kemudian masukkan dalam sebuah diagram venn yang memiliki sebuah irisan. Irisan tersebut adalah sesuatu yang disukai bersama. Pilah semua. Semakin banyak persamaan berkorelasi dengan semakin erat dan solit tim keluarga Anda. Jika sudah ada anak, gambar lingkaran baru pada diagram venn, dimana antara lingkaran ayah (A), ibu (B), dan anak(C) saling beririsan. Jika masih banyak perbedaan, maka samakan dengan kunci “bareng” atau bersamaan, yaitu: Main bareng, Makan bareng, dan Aktivitas bareng. Dengan serba bareng atau bersamaan, maka antar individu anggota tim akan semakin memahami satu sama lain sehingga tim keluarga Anda akan semakin kompak dan solit.


Langkah selanjutnya adalah, tujuan apa yang hendak dicapai oleh tim keluarga Anda? Rumuskan tujuan bersama yang hendak dicapai, atau “core value” keluarga Anda. Core value ini bisa disusun dengan menyatukan FOR, FOE, termasuk norma dan adat dalam keluarga masing – masing. Pak Dodik mencontohkan, core values keluarga mereka adalah “ iman dan kehormatan”, sehingga semua aktifitas yang dilakukan oleh setiap anggota keluarganya harus mengarah dan tidak boleh bertentangan dengan iman dan kehormatan. Jadi core value adalah nilai dasar keluarga yang dipegang oleh masing – masing anggota keluarga. Apakah core value keluarga Anda?

Setelah kompak, kemudian ada aturan dasar yang disepakati berupa core values, sekarang saatnya untuk berbagi peran. Belajar dari tim sepakbola, setiap individu di dalamnya memiliki peran masing – masing sesuai dengan keahliannya, misalnya ada kipper, ada pemain bertahan, ada gelandang, ada penyerang. Apa jadinya jika seorang penyerang diminta menempati posisi kipper? Demikian pula dalam pembagian peran dalam A home team, tempatkan seseorang sesuai bakatnya atau fitrahnya. Misal ayah bekerja dan menyapu halaman, ibu memasak dan mencuci baju, anak laki – laki mengepel teras, anak perempuan mencuci piring, dan masih banyak lagi yang kesemuannya disesuaikan dengan kondisi home team masing – masing.

Semoga yang sedikit ini bisa menginspirasi keluarga kami pada khususnya dan keluarga pembaca sekalian pada umumnya. Terima kasih sudah berkunjung di blog Griya Cendekia.

Share:

0 comments :

Post a Comment

Translate

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Powered by Blogger.

Flag Counter

Flag Counter