Saya
jadi teringat dengan sebuah film dari Singapura yang berjudul I’m not stupid
(aku tidak bodoh). Dalam film tersebut digambarkan ada sebuah keluarga dengan dua
anak dimana orang tua mereka, baik bapak maupun ibu sangat sibuk bekerja. Bapak
– ibu mereka membiayai mereka untuk bersekolah di tempat yang bagus tetapi
tidak memberikan waktu untuk mereka saking sibuknya. Bahkan suatu ketika salah
seorang anaknya sempat menanyakan berapa penghasilan ayah sehari karena ia
ingin membeli waktu ayahnya sehari untuk bisa datang di pertunjukan dramanya di
sekolah. Kemudian ia menabung untuk mengumpulkan sejumlah uang itu. Karena
sudah mendekati waktu pertunjukan dan belum terkumpul uangnya, ia akhirnya
mencuri di kantin. Akan tetapi, ia tertangkap karena rekaman CCTV kantin.
Kemudian orang tuanya dipanggil ke sekolah. Mendengar alasan kenapa ia sampai
mencuri, orang tuanya menangis dan barulah mereka sadar.
Berdasarkan
cerita tersebut maka dapat diambil pelajaran bahwa anak – anak memerlukan
perhatian dari orang tuanya. Apalagi disaat mereka sedang mencari jati diri,
mereka memerlukan bimbingan, arahan, dan nasihat orang tua agar tidak
terjerumus ke pergaualan yang tidak baik.
Selanjutnya
ketika kita sudah menyadari akan pentinya meluangkan waktu dalam mendidik anak,
maka akan kita bentuk anak kita menjadi generasi intan ataukah generasi instan.
Apa perbedaanya? Intan adalah salah satu jenis mineral karbon yang terdapat
pada batuan beku. Batuan beku dibentuk oleh magma yang membeku kemudian terjadi
proses metamorfisme dengan suhu dan tekanan yang tinggi sehingga berubah
menjadi intan. Sedangkan instan adalah cara cepat, mudahnya seperti makanan
instan yang bisa disajikan dengan cepat misalnya mie-instan dll. Dari sini kita
bisa melihat proses yang berat yang dialami intan membuatnya semakin cantik dan
berharga mahal. Sebaliknya, barang instan bisa kita peroleh dengan mudah namun
harganya kecil jika dibanding intan.
Intan
dan instan tadi adalah suatu analogi dalam pendidikan anak kita. Jika kita
menghendaki anak kita berkualitas seperti intan atau menjadi generasi intan
maka prosesnya pun berat seperti intan tadi. Tidak ada cara paling efektik
untuk melahirkan generasi intan, kecuali keterlibatan orang tua sebagai
pendidik yang sadar. Sehebat apapun pelatihan pasti akan usai dan sehebat
apapun sekolah pasti akan lulus dan akhirnya diserahkan kembali ke orang tua.
Zaman
sekarang ini, tanpa kita sadari, dengan kebiasaan kita yang serba instan,
banyak orang tua yang menjadikan anaknya sebagai generasi instan pula. Meraka
menuruti atau menyadiakan fasilitas yang lengkap pada anaknya dengan harapan
anak bisa tumbuh dengan baik. Apalagi di zaman gadget ini, jika anak menangis
maka gadged yang jadi andalan untuk menghibur anak. Saya pun awalnya juga
demikian, tetapi saya mulai sadar akan dampak buruk gadged sehingga saya mulai
membatasi pemberian gadget pada anak.
Terakhir,
proses tidak akan mengecewakan hasil. Artinya usaha keras kita dalam mendidik
anak pasti memberikan hasil yang maksimal dan bagitupula sebalinya. Semoga kita
bisa menjadi orang tua terbaik untuk anak kita dan melahirkan generasi intan
yang bisa membawa kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Aamiin.
Sub:
hypnocreativa1
Referensi:
Hypnocreativa, Teknik Mengelola dan Mengatasi Emosi Buah Hati menjadi Prestasi.
0 comments :
Post a Comment